TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Dewan Pimpinan Pusat Partai Golkar Priyo Budi Santoso mengaku akan merasa kehilangan jika Partai Keadilan Sejahtera (PKS) didepak dari koalisi. Menurut Priyo, PKS merupakan rekan sejawat yang telah bersama mengarungi pahit-manis koalisi selama tiga tahun terakhir.
Namun Priyo mengaku memahami kegundahan yang dialami sejumlah kader dan petinggi Partai Demokrat soal sikap PKS yang berkali-kali berseberangan dalam koalisi. "Iya, tentu kami akan kehilangan teman sejawat. Tapi saya juga sangat maklum kalau kader Partai Demokrat dan pimpinannya merasa gundah terhadap langkah politik yang dilakukan PKS di menit terakhir di mana Demokrat ingin kebersamaan," ujarnya kepada wartawan di gedung MPR/DPR, Senin 2 April 2012.
Dalam rapat paripurna soal kenaikan harga BBM Jumat kemarin, PKS akhirnya memutuskan secara tegas untuk menolak kenaikan BBM. Sikap ini diambil setelah opsi PKS yang mensyaratkan harga rata-rata minyak harus naik 20 persen dari patokan harga minyak dunia tak dihiraukan anggota koalisi lainnya.
Penolakan PKS ini berseberangan dengan sikap anggota koalisi lainnya. Akibatnya, posisi PKS di koalisi terancam. Priyo mengatakan Golkar menghormati pandangan politik PKS. PKS, ujar dia, tentu sudah mempertimbangkan konsekuensi dari sikapnya itu.
"Ini pandangan politik dengan semua pertimbangan dan risiko yang telah dikalkukasi dengan baik. Karena itu kami lebih memilih untuk menghormati pilihan politik terakhir PKS yang tidak mudah, dan akhirnya memilih jalan itu. Mengenai kesudahan pilihan ini, saya tidak mau berkomentar tentang itu," ujarnya.
FEBRIYAN