TEMPO.CO, Jakarta - Direksi PT Bank Muamalat Indonesia Tbk memilih bungkam soal rencana penjualan saham milik perseroan. "Belum tahu, ini masih rumor dan mungkin sesuatu yang gaib," ujar Direktur Utama Bank Muamalat, Arviyan Arifin, dalam paparan kinerja perseroan di Jakarta, Selasa, 3 April 2012.
Menurut dia, isu rencana penjualan saham milik perseroan yang akhir-akhir ini mengemuka belum mendapatkan pernyataan resmi dari para pemegang mayoritas saham perseroan. "Yang jelas dari pemegang saham sendiri belum ada kabar ini," ujarnya.
Ia enggan menjelaskan terlalu jauh ihwal rencana ini. Sebab, hingga kini pihak pemegang saham belum memberikan penjelasan lebih rinci mengenai berapa persen saham yang akan dilepas. "Kami bingung juga membahasnya. Saya sendiri tidak tahu," kata dia. "Sampai saat ini kami belum menerima inforasi resmi melalui komisaris non-independen."
Para pemegang saham Bank Muamalat Tbk yang mayoritas asing berniat melepaskan sahamnya secara bersamaan. Mereka adalah Atwill Holding Limited yang menguasai 24,9 persen, Boubyan Bank of Kuwait 24,9 persen, dan Islamic Development Bank (IDB) 32 persen.
Rencana itu direspons positif pasar. Direktur Direktorat Perbankan Bank Indonesia (BI) Syariah Mulya Siregar beberapa waktu lalu sempat mengungkapkan, sedikitnya lima investor lokal dan asing bersaing memperebutkan saham mayoritas Muamalat.
Tiga investor lokal itu yakni PT Saratoga Investama Sedaya milik pengusaha Sandiaga Uno, kemudian Para Group atau CT Corp--setelah berganti nama--yang dimiliki Chairul Tanjung, serta PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) milik BUMN.
Di lain pihak, lima investor asing yang tertarik adalah Standard Chartered Plc (Stanchart), Qatar Islamic Bank SAQ, Oversea Chinese Banking, OCBC Overseas, dan ING Baring Bank.
JAYADI SUPRIADIN