TEMPO.CO, Jakarta - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengaku akan terus mencari cara untuk mengatur volume konsumsi bahan bakar minyak bersubsidi. Wakil Menteri ESDM Widjajono Partowidagdo mengeluarkan wacana untuk menyediakan bahan bakar jenis campuran antara Pertamax dengan Premium.
"Saya ada ide, hasil ngobrol dengan teman-teman, saya minta Pertamina menyediakan Premix RON 90. Ini campuran BBM bersubsidi RON 88 dengan Pertamax RON 92," kata Widjajono saat ditemui di sela forum group discussion "Mempercepat Implementasi Pemanfaatan BBG untuk Transportasi" di Hotel Century hari ini.
Nantinya, harga Premix RON 90 dibanderol Rp 7.250 per liter. Ini bertujuan untuk memperkecil disparitas harga antara BBM subsidi dengan non-subsidi. Saat ini harga BBM non-subsidi jenis Pertamax Rp 10.200 per liter dan jenis Pertamax plus sebesar Rp 10.350 per liter, sedangkan harga BBM subsidi jenis Premium sebesar Rp 4.500 per liter.
"Ya ginilah, kalau kita bisa mengusahakan sesuatu supaya BBM bisa hemat, ya kami lakukan. Jadi Premix ini harganya dibagi dua saja, subsidinya kan tidak penuh," ujarnya.
Widjajono optimis ide ini akan diterima oleh Dewan Perwakilan Rakyat dan Pertamina yang bertugas menyalurkan BBM. Optimisme ini dilihat dari banyaknya masyarakat ingin menggunakan Pertamax, tapi dengan harga terjangkau. Dan ada juga kelompok masyarakat yang ingin menggunakan BBM bersubsidi, tapi tidak ingin membebankan anggaran negara.
"Karena terus terang ini ada pasarnya, jadi kami sediakan saja. Di Indonesia ini ada orang yang tidak mau pakai Pertamax. Tapi juga kalau pakai yang subsidi, kayaknya terlalu banyak ambil uang negara," katanya.
ROSALINA