TEMPO.CO , Yogyakarta: Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta kini memiliki wahana baru berupa wisata diorama yang ditujukan untuk menggaet wisatawan sekaligus menawarkan konsep wisata sejarah representatif.
Dalam dua ruang berbentuk huruf L setelah pintu masuk benteng yang ada di ujung Jalan Malioboro itu, terdapat sedikitnya 100 obyek meliputi diorama dan sejumlah benda sejarah yang tertata rapi di balik ruang-ruang kaca.
Baca Juga:
Salah satu diorama yang ditampilkan adalah tentang cerita Pangeran Diponegoro yang merancang strategi di Goa Selarong. Ada pula diorama suasana rapat terbentuknya Taman Siswa, suasana berdirinya organisasi Muhammadiyah, hingga pelucutan senjata tentara Jepang.
Selain itu juga banyak terdapat sejumlah fragmen sejarah di Yogyakarta yang selama ini belum begitu diketahui publik seperti peristiwa tertembaknya pesawat Dakota VT-CLA milik pengusaha India. Pesawat ini ditembak jatuh pesawat Kittty Hawk P-40 Belanda di Maguwoharjo pada Juli 1947. Saat itu, pesawat mengangkut bantuan obat dari Palang Merah Indonesia.
Ada juga suasana pengangkutan eks tahanan warga negara Belanda dan Jepang di Stasiun Tugu Yogyakarta pada 1945, pengeboman Balai Mataram, RRI, dan Sonobudoyo pada 25 Maret 1946.
Selain diorama juga dipajang beberapa replika baju goni masa penjajahan Jepang hingga mesin cetak pertama milik perusahaan surat kabar Kedaulatan Rakyat.
Tak hanya membuka wahana diorama, pihak museum pun juga meluncurkan wahana pendukung yakni kafe berformat klasik berlatar suasana kolonial bernama Indische Koffie the Heritage Restaurant.
Gubernur DIY Sri Sultan HB X saat peresmian wahana diorama itu, Rabu, 4 April 2012, menuturkan konsep wisata model diorama di Vredeburg menjadi bagian penting untuk masyarakat luas kembali belajar sejarah. Tak hanya sejarah Yogyakarta, namun juga Indonesia.
“Pembelajaran sejarah dengan metode satu arah selama ini hanya dapat mengonstruksi ingatan histories dan model seperti itu tidak akan bertahan lama. Dengan diorama ini maka akan semakin mengasah ingatan emosional, yang lebih mudah melekat,” kata dia.
Direktur Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman, Surya Helmi, mewakili Kementrian Pendidikan Kebudayaan, menyatakan diorama dan museum Benteng Vredeburg sangat spesial karena tak ada duanya di Indonesia.
"Peresmian setelah museum direvitalisasi tahap 1, bukan hanya untuk fisiknya semata. Tetapi juga dalam segi pencitraan," katanya.
Kepala Museum Benteng Vredeburg Sri Ediningsih mengatakan untuk menghindari kesan museum adalah obyek wisata statis, maka wahana ini diluncurkan ke publik. "Museum ini termasuk yang mendapatkan dana revitalisasi. Umur 20 tahun sejak dibuka secara resmi adalah saatnya Benteng Vredeburg untuk bersolek menyambut para wisatawan," kata Sri.
Sri mengatakan revitalisasi pertama Benteng Vredeburg melalui wahana diorama itu menggunakan anggaran APBN 2011 sebesar Rp 3 miliar. Sedangkan untuk kafe museum dananya dari investor Jakarta. Rencananya untuk revitalisasi Benteng Vredeburg tahap kedua anggarannya Rp 1 miliar untuk pembuatan diorama III.
PRIBADI WICAKSONO