TEMPO.CO , Jakarta:Kepala Pusat Kesehatan Intelegensia Kementerian Kesehatan Eka Viora mengatakan Indonesia memerlukan infrastruktur dan prasarana ramah bagi warga lanjut usia (Lansia). Rumah tersebut diperlukan agar warga Lansia bisa produktif di usia senja.
Menjaga warga Lansia agar bisa tetap produktif perlu dilakukan sebab proporsi jumlah warga Lansia masa mendatang semakin besar. Bahkan, kata dia, mereka bisa menyamai jumlah anak Bawah Lima Tahun (Balita).
“Populasi Lansia terus bertambah akan menjadi beban jika mereka hidup bergantung orang lain. Harus bergerak mencari solusi mulai dari sekarang,” kata Eka di Jakarta Kamis, 5 April 2012 siang.
Eka mengatakan jumlah warga Lansia Indonesia pada 1990 mencapai 11,3 juta jiwa, atau 6,4 persen dari seluruh warga Indonesia. Pada 2000 angka meningkat menjadi 15,3 juta jiwa, atau 7,4 persen dari jumlah seluruh warga.
Kementerian memperkirakan pada 2010 jumlah warga Lansia, berusianya di atas 65 tahun, mencapai 24 juta atau 9,77 persen dari seluruh warga. “Sama dengan jumlah Balita,” katanya. Sementara pada 2020 jumlah mereka mencapai 28,8 juta.
Anggota Komisi Nasional Lansia Nugroho Abikusno menilai bahwa belum ada kota di Indonesia yang memiliki infrastruktur dan prasarana yang ramah bagi Lansia. Sebab menurut Nugoroh hal tersebut belum menjadi perhatian pemerintah. “Seringkali terbentur prioritas pembangunan,” katanya.
Ihwal infrastruktur yang ramah pada Lansia ini akan menjadi bahan kampanye Hari Kesehatan Sedunia oleh Kementerian Kesehatan. Eka mengatakan pada kampanye tahun ini kementerian akan fokus pada isu seputar kesehatan Lansia.
ANANDA BADUDU
Berita Terkait
PT Kereta Api Menata Ulang Benda Cagar Budaya
Mahasiswa Tolak RUU Perguruan Tinggi
Ujian Nasional Dinilai Ketinggalan Zaman