TEMPO.CO, Jakarta- Inspeksi mendadak Satuan Tugas Pemberantasan Narkoba yang dibentuk Kementrian Hukum dan HAM dengan Badan Narkotika Nasional (BNN) terus mendapat sorotan. Meski berulang kali Wakil Menteri Hukum dan HAM Denny Indrayana membantah melakukan penamparan saat inspeksi, tetap saja banyak orang tak percaya. Ketua Umum Partai Golkar Aburizal Bakrie adalah salah satunya.
Dia membandingkan insiden itu dengan Jenderal besar Amerika bernama Jenderal Patton. Patton yang menampar prajurit akhirnya minta maaf setelah dia ditegur Jenderal Eisenhower. "Saya harapkan ini jadi contoh saudara Denny Indrayana bila benar melakukan itu," ujar Aburizal seperti dikutip situs Partai Golkar.
Denny menolak disamakan dengan Patton. "Paton menampar minta maaf, saya tidak menampar minta maaf," katanya seperti dia tulis dalam akun Twitternya.
Bantahan serupa disampaikan Satuan Tugas Pemberantasan Narkoba. Dalam siaran persnya, disebutkan bahwa upaya pemberantasan narkotika di lembaga pemasyarakatan dan rumah tahanan sudah lama dirintis. Sejak Januari 2012, sebelum inspeksi di Lapas Pekanbaru, telah dilakukan tiga kali inspeksi di Lapas Wanita Tanjunggusta, Medan; Lapas Narkotika, Cipinang; dan Lapas Pemuda, Tangerang. Pada semua sidak dengan BNN tersebut, Kemenkumham dipimpin oleh Ketua Satgas Denny Indrayana dan Direktur Penindakan dan Pengejaran BNN Benny Mamoto.
Berikut kronologis inspeksi Satgas Pemberantasan Narkoba di Lapas Pekanbaru, Senin dinihari, 2 April 2012. Kronologi ini berbeda dengan surat protes Kepala Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Djoni Muhammad yang dikirim kepada Menteri Hukum dan HAM Amir Syamsuddin. "Kami merasa berkeberatan dengan terjadinya penamparan oleh Bapak Wamen terhadap Sdr. Darso Sihombing dan penendangan Sdr. Khoiril oleh salah seorang rombongan Wamen," kata Djoni dalam suratnya yang bernomor W4.PW.04.01-0816
Berikut ini kronologi versi inspeksi Satuan Tugas Pemberantasan Narkoba Kementrian Hukum dan HAM:
1. Pukul 02:30
Sekitar pukul 02:30 WIB dinihari, rombongan Satgas Pemberantasan Narkoba sampai di depan pintu pagar masuk Lapas Pekanbaru. Pintu pagar dikunci. Diputuskan untuk melompati pagar.
2. Intip Lubang
Wakil menteri dan rombongan Satgas Pemberantasan Narkoba menuju pintu gerbang masuk lapas. Bel klenengan dibunyikan dan mengetuk pintu. Butuh waktu beberapa saat sebelum ada suara sipir menanyakan siapa yang datang. Dijawab, “Saya Denny Indrayana, Wamen. Cepat buka pintu”. Lubang intip pada pintu dibuka, sipir dari dalam melihat kemudian ditutup kembali. Denny berdiri persis di depan lubang intip, agar terlihat. Pintu tetap tidak dibuka. Sehingga digedor sambil mulai berteriak meminta pintu segera dibuka.
3. Denny Teriak
Setelah lebih kurang lima menit, pintu baru dibuka. Rombongan masuk ke dalam, Denny menegur sipir yang membuka pintu, “Kenapa lama sekali membuka pintunya”. Ajudan pengaman Menteri, melihat reaksi dari sipir yang seolah melawan. Ajudan itu lalu menendang sipir pembuka pintu. Seorang sipir lain di ruang jaga ditendang dan dipukul ajudan. Denny pun berteriak, “Hentikan. Hentikan jangan diteruskan. Berhenti.”
Versi ajudan Denny dia ingin melindungi Denny yang di Lapas Cipinang nyaris ditusuk pisau oleh sipir. Versi Benny Mamoto juga bercerita bahwa sipir mengulur waktu dan berteriak, "Wamen datang, wamen datang' ke kamar-kamar," ujarnya.," sebelum pintu dibuka.
4. Razia
Denny mendatangi sipir jaga yang lain, meminta semua ponsel petugas segera dikumpulkan. Dia juga menanyakan berapa orang yang berjaga, serta meminta tolong agar inspeksi dini hari itu dibantu kesuksesannya. Kunci lapas diambil, untuk kemudian terjadi proses penggerebekan kepada tiga napi target operasi dari ruang selnya masing-masing, dilanjutkan proses penggeledahan. Ketiga target napi itu adalah Djufriado Tanjung, Husin dan Luku. Dari hasil penggeledahan di tiga sel napi ditemukan banyak ponsel, alat isap sabu, plastik pembungkus bekas sabu.
5. Denny Minta Maaf
Selama menunggu proses, Denny beberapa kali mengumpulkan petugas lapas untuk menjelaskan maksud sidak pemberantasan narkoba tersebut. Denny juga menanyakan bagaimana kondisi petugas yang terkena pukul dan tendangan. Salah satu petugas menunjukkan tangan kirinya yang luka tergores. Wakil menteri itu meraba luka itu, dan meminta maaf. “Saya minta maaf ya. Mohon lain kali, jangan terlambat membuka pintu”. Dijelaskan bahwa dalam sidak pemberantasan narkoba, tidak boleh terlambat, karena bisa menghilangkan barang bukti.
6. Tes Urin
Sekitar waktu salat subuh, napi yang menjadi target operasi dan semua sipir sempat dites urin. Ada sipir yang kesulitan buang air kecil hingga harus beberapa kali minum dulu. Tes urin lengkap belum diketahui hasilnya, tetapi beberapa diindikasikan positif memakai narkoba.
7. Denny Kembali Minta Maaf
Sebelum pulang, Denny kembali mengumpulkan para sipir. Berusaha kembali mengangkat semangat dan moral mereka, untuk tetap melaksanakan tugas dengan baik. “Saya pamit dulu ya. Maaf telah mengganggu istirahatnya. Sekali lagi, saya meminta maaf atas pemukulan dan penendangan tadi.” Dia kemudian menyalami satu-persatu seluruh sipir Lapas.
8. Sipir Protes
Menjelang pintu keluar, beberapa sipir menanyakan nasib salah seorang rekannya yang ikut ditangkap BNN. Beberapa sipir meminta, agar rekannya tidak ikut ditangkap BNN. Denny menjelaskan bukti-bukti keterlibatan sipir tersebut dalam jaringan narkoba yang diciduk dinihari itu, dan meminta para sipir menyerahkannya kepada proses hukum.
9. Tinggalkan Lokasi
Sekitar pukul 6:30 Rombongan Satgas Pemberantasan Narkoba meninggalkan Lapas Pekanbaru. BNN menciduk tiga narapidana Jufri Tanjung, Husin dan Luku; serta satu orang sipir.
BS