TEMPO.CO, Jakarta - Managing Direktur Messe Dusseldorf Asia, Gernot Ringling memperkirakan dalam kurun waktu tiga tahun ke depan, industri percetakan Indonesia akan tumbuh sebesar 6 persen setiap tahun. Ia memprediksi nilai industri pengemasan diharapkan bisa mencapai angka US$ 9,6 miliar pada 2016.
Untuk industri plastik, dia memperkirakan akan tumbuh sebesar 6 persen per tahun. “Ada sinergi antara industri plastik, pengemasan dan printing,” kata Gernot, Senin, 9 April 2012.
Indonesia dinilai akan menjadi pangsa pasar potensial bagi industri plastik, percetakan dan pengemasan. Salah satunya karena berdasarkan data statistik, sektor makanan dan minuman menjadi pengguna terbesar untuk pengemasan makanan. “Sekitar 67 persen pengguna industri kemasan adalah produk makanan dan minuman,” ucap Gernot.
Ia menjelaskan, Indonesia menjadi penyumbang 40 persen nilai gross domestic product ASEAN. Selain itu, pertumbuhan kelas menengah Indonesia juga tinggi sehingga menarik investor asing dan lokasi untuk menanamkan modalnya. “Ini alasan mengapa pameran diselenggarakan di Indonesia,” ujarnya.
Mengingat besarnya potensi industri tersebut, Messe Dusseldorf Asia berencana menggelar pameran industri percetakan, pengemasan, dan plastik di Jakarta International Expo pada 11 April hingga 14 April 2012. Rencananya akan hadir 220 peserta dari 19 negara untuk mengikuti pameran ini.
Di Indonesia, Messe Dusseldorf Asia akan bekerja sama dengan PT Wahana Kemanalaniaga Makmur. Pameran ini ditargetkan bisa menyedot 20 ribu pengunjung.
Direktur PT Wahana Kemanalaniaga Makmur, Rini Sumardi, menyatakan banyaknya peserta dari berbagai negara menunjukkan minat investor terhadap pasar Indonesia. Hal ini juga menjadi indikator bahwa pasar industri plastik, pengemasan, dan percetakan tumbuh dengan baik.
I WAYAN AGUS PURNOMO