TEMPO.CO, Medan - Sejak gempai 8,5 skala Richter melanda Sumatera, Rabu 11 April 2012 pukul 15.38 WIB, ratusan warga di Kecamatan Lahewa, Kabupaten Nias Utara, Sumatera Utara, mengungsi ke pegunungan. Mereka khawatir dengan ancaman tsunami. Apalagi permukiman warga di Kecamatan Lahewa sangat berdekatan dengan Pelabuhan Lahewa.
Ketakutan warga Lahewa terutama mereka berdomisili di Kelurahan Pasar Lahewa, cukup beralasan. Pada 2005, pemukiman mereka diterjang tsunami dengan ketinggian air satu meter lebih.
Camat Lahewa Kornelis Jaluchu membantah terjadinya tsunami di wilayahnya. "Dari tadi siang tidak ada air surut," kata Kornelis yang dikonfirmasi Tempo melalui sambungan telepon, Rabu malam.
Kornelis memaklumi warganya mengungsi. "2005 kawasan kami terkena tsunami," ujar Kornelis.
Kelurahan Pasar Lahewa, berjarak 100 meter dari Pelabuhan Lahewa. "Sejak jam 7 malam tadi mereka sudah kembali ke rumah," kata Kornelis. Hanya saja, Kornelis melanjutkan, para warga masih tetap siaga. "Semua sepeda motor warga diparkir di halaman," ujarnya.
Warga juga terus memantau air laut. "Sudah menjadi kebiasaan bila gempa 5 sampai 10 warga berjaga di pelabuhan," katanya. Bila air surut, mereka akan memberitahukan warga agar mengungsi. Lokasi pengungsian, sebut Kornelis, 600 meter sampai 1 kilometer dari rumah mereka.
Gempa 8,5 SR yang berpusat di Simeulue di kedalaman 10 kilometer, tidak menyebabkan kerusakan di Lahewa. "Kerusakan dan korban jiwa sampai kini belum ada," kata Kornelis.
SOETANA MONANG HASIBUAN
Berita Terkait
Empat Orang Luka di Simeulue Akibat Gempa
Gempa di Aceh, Tsunami di Kepulauan Andaman
Peringatan Tsunami Dicabut, Banda Aceh Terang Lagi
Gempa Aceh Ancam Tsunami di Banyak Negara
Gempa Aceh di Luar Zona Subduksi
Getaran Gempa Aceh Terasa di Calcuta