TEMPO.CO , Boulder--Cuaca dingin ekstrem yang melanda dunia selama Zaman Es 80-10 ribu tahun lampau disertai turun-naik suhu Samudera Atlantik bagian utara hingga 10 derajat setiap beberapa dekade. Perubahan iklim cepat ini disebabkan oleh terbentuknya jembatan darat yang menghubungkan benua Amerika Utara dan Asia.
Menurut peneliti iklim dari National Center for Atmospheric Research Aixue Hu, pada awal Zaman Es, laut di seluruh dunia surut. Akibatnya, permukaan air laut turun hingga 50 meter dari ketinggian saat ini. Selat Bering mengering, menciptakan jembatan darat yang menghubungkan Siberia dan Alaska.
Jembatan darat itu membentuk kawasan penghubung selebar 1.500 kilometer atau dua kali panjang Pulau Jawa. Tanah kering ini menjadi jalur migrasi manusia dan hewan dari Asia ke Amerika.
Pembentukan jembatan darat berdampak besar. Pertukaran garam antara Samudera Pasifik dan Samudera Arktik yang semula berlangsung di Selat Bering terhenti. Akibatnya sebagian besar air tawar dari Samudera Arktik mengalir ke Samudera Pasifik
Simulasi yang dilakukan Hu memperlihatkan saat jembatan darat terbentuk pada zaman es, air tawar dari kawasan Arktik mengalir ke Samudera Atlantik, membuat pembalikan air terhenti.
"Saat terbentuk daratan pemisah di Selat Bering, sirkulasi arus samudera butuh 1.400 tahun untuk berputar," kata Hu. "Saat terisi air sirkulasi hanya butuh 400 tahun."
Sirkulasi arus samudera yang ia maksud adalah aliran air raksasa yang melingkari bumi, melewati tiga Samudera besar yaitu Pasifik, Hindia, dan Pasifik. Salah satu kawasan penting dalam arus laut ini terletak di 20-50 derajat Lintang Utara Samudera Atlantik. Di daerah ini terdapat arus permukaan bergerak menyusuri pinggiran Amerika Utara menuju utara Inggris lalu berputar arah ke selatan sebagai arus bawah laut.
"Saat ada air tawar, sirkulasi arus samudera terhenti," kata dia.Kegagalan peredaran arus samudera berdampak pada suhu permukaan bumi. Seperti tercatat di Greenland, suhu mengalami penurunan mendadak hingga 12 derajat Celsius.
Hu mengatakan, kondisi ini kemungkinan tak akan terjadi di masa depan. Pemanasan global sejauh ini menyebabkan permukaan air laut terus meninggi sehingga Selat Bering akan selalu terbuka.
Ahli pemodelan iklim dari National Oceanic and Atmospheric Administration Ronal Stouffer mengatakan, Selat Bering sejak lama diketahui sebagai penyeimbang iklim khususnya untuk kawasan Atlantik Utara. Pemodelan yang dilakukan Hu, membuktikan bahwa kawasan yang memisahkan dua samudera dan dua benua ini berperan dalam menentukan kondisi iklim dunia.
SCIENCEMAG | ANTON WILLIAM