TEMPO.CO, Jakarta -Belasan orang tua siswa mendatangi kantor Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Rejoso, Nganjuk. Mereka meminta sekolah menghentikan pungutan pendidikan yang kerap diberlakukan kepada siswa.
Dengan mengendarai sepeda pancal, belasan orang tua siswa yang rata-rata kurang mampu ini mendatangi kantor Kepala Sekolah SMPN 2 Rejoso. Mereka meminta seluruh pungutan biaya pendidikan dihentikan karena memberatkan orang tua. "Ini sekolah negeri, masak bayarnya mahal sekali," kata Rini, salah satu wali murid, Kamis 12 April 2012.
Pungutan tersebut antara lain biaya les atau tambahan pelajaran, pembelian buku penunjang, pembangunan gedung sekolah, serta sumbangan lain. Nilainyapun, untuk uang gedung misalnya dipungut Rp 300 ribu. Padahal orang tua siswa kebanyakan bekerja sebagai buruh tani.
Menurut Rini, pihak sekolah telah membohongi mereka. Sebab pada awalnya warga dijanjikan pendidikan gratis untuk anak-anak mereka agar bisa menyelesaikan wajib belajar sembilan tahun. Namun setelah kegiatan belajar mengajar berjalan, pihak sekolah terus melakukan pungutan.
Kepala SMPN 2 Rejoso Djamzuri membantah adanya pungutan. Sebab hal itu dilakukan atas persetujuan komite sekolah. "Orang tak mampu juga kita bebaskan," katanya.
Menurut dia, tidak semua keperluan pendidikan ini ditanggung oleh pemerintah. Meski sudah ada Bantuan Operasional Sekolah (BOS), ada biaya lain yang tak tercover program itu. Diantaranya adalah pemberian tambahan jam pelajaran yang dilakukan guru-guru.
Untuk menyelesaikan polemik ini, sekolah berjanji akan menghapus semua pungutan yang ada. Keputusan itu langsung diterima wali murid hingga tak mengganggu jam pelajaran.
HARI TRI WASONO