TEMPO.CO, Jakarta - CEO Liga Premier Inggris, Richard Scudamore, membeberkan rahasia kenapa Liga Premier Inggris menjadi salah satu liga paling sukses di dunia. Terdengar seperti sebuah sindiran untuk klub-klub di Indonesia yang saat ini terbelah dalam Liga Prima Indonesia dan Liga Super Indonesia.
"Kami (penyelenggara kompetisi) hanya membuat petunjuk, aturan, dan kebijakan. Tapi klub-klublah yang bekerja keras mewujudkan ini," katanya di sela kunjungannya ke SDN 02 Cideng, Jakarta Pusat, Kamis 12 April 2012. "Mereka (klub-klub) bersatu dan sangat suportif."
Scudamore menilai mustahil menggulirkan kompetisi sepak bola tanpa dukungan penuh dari klub-klub pesertanya. Di Inggris, kata dia, klub-klub bekerja sangat profesional. Mereka mengelola bisnis sendiri, mengatur penonton di stadion, dan sangat cekatan dalam mengatasi berbagai situasi. "Saya memiliki 20 klub yang sangat mendukung," katanya.
"Nasihat" Scudamore seolah tepat menembus jantung persoalan kompetisi di Indonesia yang saat ini terbelah dua, antara Liga Prima Indonesia dan Liga Super Indonesia. Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) sebelumnya hanya mengakui Liga Prima Indonesia sebagai kompetisi resmi. Namun belakangan PSSI juga menjadikan Liga Super Indonesia sebagai kompetisi resmi.
Persoalannya, meski kompetisi Liga Super telah diakui secara resmi, klub-klub yang bermain di kompetisi tersebut tetap enggan bergabung dengan PSSI. Mereka menolak tiga undangan PSSI untuk urun rembug. Persoalan ini menjadi rumit karena PSSI hanya diberi waktu oleh FIFA hingga 15 Juni 2012 untuk menyelesaikan dualisme kompetisi ini.
Selain dukungan dari klub-klub peserta kompetisi, Scudamore juga menilai faktor lain kesuksesan Liga Prima Inggris karena adanya stuktur sepak bola yang solid. Sikap kompromi dan saling kerja sama juga menjadi tali pengikat yang kuat antarklub untuk tetap bersatu. "Kamu harus memiliki struktur sepak bola yang solid," katanya.
Adapun mengenai kesalahan yang terkadang dilakukan wasit yang kemudian dikomplain para pelatih klub, Scudamore menilai itu wajar. "Wasit terkadang membuat kesalahan dari waktu ke waktu. Mereka telah dilatih secara ekstrem, tapi ini pertandingan yang sangat cepat sehingga sering kesalahan dibuat," katanya.
Netralitas pengelola kompetisi juga dinilai penting karena dukungan pengelola pada salah satu klub peserta kompetisi bisa berimbas pada jalannya pertandingan. "Saya tidak mendukung salah satu klub di Liga Premier karena kalau saya melakukannya akan menjadi tidak fair," kata dia lagi.
DWI RIYANTO AGUSTIAR