TEMPO.CO, Jakarta - Meski Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) telah membuka pintu bagi para pemain di Liga Super Indonesia untuk memperkuat tim nasional, para pemain belum bisa bernapas lega. Sebab mereka harus mengantongi izin dari klub asal sebelum memperkuat tim nasional.
"Pemain itu tanggung jawab klub karena yang membayar mereka klub. Saya selaku Ketua Umum PSSI versi KLB tidak akan melarang pemain (masuk timnas)," kata Ketua Umum PSSI versi KPSI, La Nyalla Mattalitti, Rabu 11 April 2012. Tapi kalau klub tidak memberikan izin, tidak akan mungkin KPSI bisa melarang.
PSSI kemarin secara resmi mencabut larangan mereka terhadap para pemain Liga Super untuk memperkuat tim nasional. Keputusan ini menjadi angin segar bagi tim nasional senior yang dalam pertandingan terakhir melawan Bahrain akhir Februari lalu dicukur 10-0. "Kami kesampingkan masalah dualisme demi persatuan bangsa," kata penanggung jawab timnas, Bernhard Limbong, kemarin.
Namun upaya PSSI tersebut disambut dingin La Nyalla Mattalitti. Ketua Umum PSSI versi KPSI yang terpilih dalam kongres luar biasa 18 Maret 2012 lalu ini mengisyaratkan klub-klub Liga Super tak akan mengizinkan para pemainnya memperkuat tim nasional yang dibentuk PSSI versi Djohar Arifin. "Kalau klubnya mau, dari dulu klub itu sudah bergabung dengan PSSI Djohar Arifin," katanya.
Menteri Negara Pemuda dan Olahraga Andi Mallarangeng mengingatkankan agar tak ada diskriminasi dalam penjaringan pemain untuk tim nasional. Diskriminasi, kata Andi, tak hanya soal suku, ras, dan agama. Tapi juga soal Liga Super Indonesia dan Liga Prima Indonesia. "Yang penting dipilih pemain yang terbaik," katanya.
Kedatangan La Nyalla Mattalitti dan sejumlah pengurus PSSI versi KPSI ke Kantor Kementerian Pemuda dan Olahraga untuk melaporkan hasil kongres luar biasa yang digelar Komite Penyelamat Sepak Bola Indonesia pada 18 Maret 2012 lalu. Menteri Andi mengatakan pemerintah akan bersikap netral dan menunggu keputusan tetap dari FIFA.
DWI RIYANTO AGUSTIAR