TEMPO.CO, Hong Kong - Pertumbuhan ekonomi Cina di kuartal pertama tahun ini melambat dan mencapai level terendah dalam 11 triwulan terakhir akibat turunnya ekspor serta lesunya pasar konstruksi. Namun para analis melihat bahwa perlambatan ini tidak setajam 2008 lalu.
Menurut data yang dirilis Biro Statistik Nasional, produk domestik bruto (PDB) Cina tumbuh 8,1 persen untuk periode Januari hingga Maret. Para ekonom sebelumnya memprediksikan angka pertumbuhan Cina 8,3 persen.
“Perlambatan yang terjadi saat ini masih bisa dibilang dalam kondisi konsolidasi dan bukan penurunan seperti pada 2008-2009,” kata Xianfang Ren, analis senior dari IHS, menyusul keluarnya data tersebut.
Angka pertumbuhan kuartal pertama tahun ini merupakan yang paling lemah sejak krisis keuangan global. Kuartal sebelumnya, ekonomi Cina masih tumbuh 8,9 persen.
Investasi aset tumbuh 20,9 persen pada kuartal pertama tahun ini. Pada periode yang sama tahun sebelumnya, investasi aset menggeliat 24 persen. Investasi aset cenderung turun karena laju inflasi. Bank of America Merrill Lynch memprediksi investasi aset cuma tumbuh 19 persen pada kuartal kedua.
IHS mengatakan ekonomi Cina tampaknya terkena dua guncangan. Mereka mencatat bahwa penurunan pertumbuhan investasi aset akan menunjukkan perlambatan signifikan dalam belanja rumah tangga dan infrastruktur. Sementara ekspor yang dirilis juga menurun, hanya tumbuh 7,6 persen. Padahal, pada periode yang sama tahun sebelumnya, ekspor Cina tumbuh di atas dua digit.
Untungnya, penjualan retail Cina masih cerah dan tumbuh 15,2 persen. Angka ini berhasil melampaui perkiraan analis sebesar 14,7 pesen.
MARKETWATCH | VIVA B. K