TEMPO.CO, Jakarta - Juru bicara Kepolisian Daerah Metro Jaya, Komisaris Besar Rikwanto, mengatakan di Jakarta tidak ada geng motor dan sejarah geng motor di Jakarta. Ia juga membantah polisi tidak memberikan perhatian kepada kelompok-kelompok motor. "Kalau mereka berkumpul dan tidak bertindak jahat, tidak akan kami tangkap," ucapnya di Parkir Timur Senayan, Jakarta Selatan, Ahad 15 April 2012.
Rikwanto menuturkan pihaknya tidak bisa melarang seseorang untuk berkumpul. Kendati demikian Polda sudah melakukan langkah antisipasi untuk mencegah terjadinya kembali aksi pengeroyokan oleh kelompok motor. "Polda dan TNI AL sudah melakukan operasi gabungan," ucapnya. Operasi tersebut merupakan upaya agar tidak terjadi aksi balasan.
Rikwanto juga menegaskan bahwa aksi kekerasan oleh sekelompok orang yang memakai motor bukan dilakukan oleh klub motor. Kasus tersebut, katanya, murni aksi kriminalitas.
Pada kesempatan terpisah, Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo mengaku prihatin dengan aksi kekerasan oleh geng motor. Ada pengaduan kepada dirinya dari klub motor yang merasa dirugikan atas aksi pengeroyokan kemarin. "Citra mereka jadi buruk, padahal keberadaan klub motor tidak mengganggu," ujarnya.
Fauzi mengatakan sudah menginstruksikan kepada para wali kota untuk berkoordinasi dengan polres agar melakukan patroli. "Hukum harus ditegakkan, siapa saja yang salah harus dihukum," Fauzi menuturkan.
Sementara itu Viktor Kemal Putra, 33 tahun, Ketua Thunder Innovation Community, salah satu klub motor, merasa dirugikan dengan aksi kekerasan yang dilakukan oleh geng motor. "Kelompok kami sudah terorganisasi dan tidak pernah melanggar hukum," ucapnya.
Menurut dia, geng motor dengan klub motor sangat berbeda. Perbedaan mendasar, kata Victor, bisa dilihat dari nomor registrasi anggota. Setiap anggota klub motor, kata dia, pasti memiliki stiker atau nomor anggota di motornya.
ADITYA BUDIMAN