TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah daerah, kata Gde, kerap menerjunkan aparat keamanan Satpol PP ke lokasi pengembangan untuk mengawal proses produksi. "Kami sampai harus minta bantuan Pangdam untuk menjamin keamanan."
Blok Cepu merupakan andalan pemerintah untuk mengejar produksi minyak 1 juta barel per hari. Sayangnya, hingga saat ini proyek pengembangan blok masih berjalan pelan akibat hambatan perizinan.
Produksi optimal Blok Cepu diperkirakan mencapai 165 ribu barel per hari. Sebelumnya perlu dibangun infrastruktur dengan proyek rekayasa, pengadaan, dan konstruksi (EPC) yang terdiri dari 5 tahap mencakup fasilitas produksi di darat, pipa darat, pipa laut, penampungan terapung di laut, dan fasilitas penunjang seperti gedung untuk menggenjot produksi.
"Saat ini progress-nya baru 11-15 persen dari total," ujar Kepala Divisi Humas Badan Pelaksana Hulu Minyak dan Gas (BP Migas), Gde Pradnyana, Ahad, 15 April 2012.
Proses EPC Tahap I yang digarap oleh kontraktor PT Tripatra Engineering dan Samsung Engineering semula direncanakan mulai jalan pada awal tahun ini. Namun mundur tiga bulan akibat izin yang tak kunjung turun dari pemerintah daerah.
Menurut Gde, proyek EPC I masih dalam tahap mobilitas peralatan berat ke lokasi penambangan. Ia mengakui peran pemerintah daerah dalam proyek Blok Cepu ini sangat besar dan cukup membuat pusing.
Ia mencontohkan dalam proyek Early Production Facility sebesar 20 ribu barel sebelumnya BP Migas bahkan sampai meminta bantuan mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla untuk turun tangan soal pemberian izin dari pemerintah daerah. "Tapi tidak keluar juga," katanya.
Pemerintah daerah, kata Gde, kerap menerjunkan aparat keamanan Satpol PP ke lokasi pengembangan untuk mengawal proses produksi. "Kami sampai harus minta bantuan Pangdam untuk menjamin keamanan."
Deputi Pengendalian dan Operasi BP Migas Rudi Rubiandini menambahkan produksi pertama Blok Cepu diharapkan bisa keluar pada Mei 2014. Meski mundur beberapa bulan dari target, BP Migas masih berupaya mengejar produksi tetap keluar pada 2014.
Sambil menunggu EPC I mulai berjalan, BP Migas mengejar proyek EPC-4 yang digarap oleh PT Scorpa Pranedya dan Sembawang Shipyard, yaitu proyek pengadaan kapal untuk fasilitas penyimpanan dan bongkar muat terapung (floating storage and offloading/FSO).
"Kapal masih direnovasi untuk jadi FSO. Targetnya bisa sampai di Cepu pada akhir Januari 2014," kata dia.
Secara total pekerjaan EPC ditargetkan rampung dalam 36 bulan. Dilanjutkan dengan proyek permulaan produksi penuh lapangan dengan target produksi 165 ribu barel per hari pada 2014. Blok Cepu sudah memulai produksi tahap awal di akhir 2008 dan mulai mengoperasikan fasilitas produksi awal (early production facility) pada Agustus 2009 dan telah memproduksi 20.000 barrel minyak per hari.
Kontraktor proyek EPC tersebut terdiri dari PT Tripatra Engineering dan Samsung Engineering untuk EPC I dengan nilai US$ 746,3 juta, PT Inti Karya Persada Tehnik (IKPT) dan PT Kelsri menggarap proyek EPC-2 senilai US$ 57,03 juta, PT Rekayasa Industri (Rekind) dan LIKPIN LLC menggarap EPC-3 senilai US$ 131,64 juta. PT Scorpa Pranedya dan Sembawang Shipyard untuk EPC IV senilai US$ 298,7 juta, serta PT Hutama Karya dan PT Rekayasa Industri (Rekind) untuk EPC V senilai US$ 95,8 juta.
GUSTIDHA BUDIARTIE