TEMPO.CO, Jakarta - Taufik Hidayat mengkritik minimnya regenerasi pemain tunggal putra Indonesia. Ia juga menyatakan kekecewaannya menyoalkan lemahnya mental pemain muda tunggal putra Indonesia. Kritik ini diutarakan peraih medali emas Olimpiade 2004 ini setelah mengalahkan pemain muda masa depan Indonesia Shesar Hiren Rustavitho dalam laga final Axiata Cup 2012. Dalam laga final tersebut Taufik menang straight set, 14-21 dan 15-21, hanya dalam waktu 38 menit.
"Mentalnya (Shesar) seperti sudah takut duluan. Ini saja melawan pemain dari negara sendiri, bagaimana kalau melawan dari negara lain. Pembinaan di PBSI harus lebih baik. Mereka harus menyiapkan pemain-pemain muda dengan lebih baik," kata Taufik usai partai final Axiata Cup di Tennis Indoor Senayan, Ahad, 15 April 2012.
Dalam pertandingan hari ini Taufik memang tampil sangat dominan. Shesar, di lain pihak, beberapa kali terlihat tertekan di lapangan. Ia tidak memberikan perlawanan berarti dan dengan cepat kehilangan konsentrasi ketika Taufik tampil menyerang. "Saya bertanya-tanya, apakah ini (Shesar) yang terbaik setelah Hayom Rumbaka? Harus ada perubahan. Di tunggal, terbatas sekali pemainnya. Kalau di ganda banyak pilihan. Di tunggal siapa lagi," tuturnya.
Ia mendesak PBSI agar bisa memperbaiki metode pelatihan dan pembinaan pemain muda. Hal ini semata-mata agar pemain tunggal putra Indonesia bisa lebih siap secara teknik dan mental untuk bertarung di kancah internasional. "Kita lihat pemain Cina, mereka juga berumur 19-20 tahun. Sama halnya pemain Denmark, mereka juga relatif masih muda. Tapi lihat mental mereka. Melawan pemain sesama Indonesia saja takut, bagaimana melawan negara lain," kata pemain berperingkat 12 dunia itu.
Pada game pertama pertandingan final hari ini Taufik langsung mengambil inisiatif serangan. Ia langsung tancap gas dengan reli-reli cepat dan pada timing yang tepat langsung melancarkan smes yang tidak bisa dikembalikan oleh Shesar. Taufik memimpin 6-3 kemudian 9-5.
Shesar yang bertengger pada peringkat 140 dunia itu sebenarnya bisa menyamakan kedudukan menjadi 10-10, tapi setelah itu ia jadi sering melakukan kesalahan sendiri. Pukulannya sering membentur net atau melebar. Hal ini dimanfaatkan Taufik, sehingga dia lagi-lagi memimpin 18-13. Rentetan upaya netting yang gagal dari Shesar akhirnya memberikan keuntungan bagi Taufik. Game pertama pun berakhir dengan skor 21-14.
Pada game kedua, Shesar mencoba memberikan perlawanan bagi seniornya tersebut. Perolehan angka pun berlangsung ketat: 3-4, kemudian 7-7, dan 9-9. Sayangnya, Shesar gagal menjaga konsistensi permainannya.
Saat skor mencapai 9, ia seakan tak mampu menahan serangan Taufik. Permainannya pun kembali menurun. Hal itu membuat juara dunia 2005 tersebut memimpin sampai 13-9. Shesar kemudian sempat mengejar kembali dan skor menjadi 16-13 tapi ia kembali gagal menjaga konsistensi serangan. Akhirnya Taufik mendominasi menjadi 19-13 dan kemudian match point menjadi 20-13. Shesar berhasil mencuri dua angka sebelum akhirnya Taufik menyudahi pertandingan dengan 21-15.
Pemain muda berusia 18 tahun tersebut mengakui bahwa dirinya masih harus memperbaiki skill dan mental. Ia mengaku sempat kehilangan fokus dalam laga final melawan Taufik. "Konsenterasi saya masih sering hilang. Karena konsentrasi saya hilang akhirnya empat poin, lima poin, terbuang begitu saja," kata Shesar.
ANANDA W. TERESIA