TEMPO.CO, Serang - Gempa berkekuatan 6 skala Richter (SR) mengguncang wilayah Banten bagian selatan, tepatnya di 95 Km barat daya Pandeglang, pada kedalaman 10 kilometer di bawah permukaan laut. Kendati tidak berpotensi tsunami dan merusak rumah warga, gempa yang terjadi pada Ahad, 15 April 2012 pukul 02.26 WIB, ini masih mengancam wilayah di Provinsi Banten.
Kepala Pusat Data Informasi Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho mengatakan dari hasil analisi BNPB gempa terjadi di ujung utara dari bidang kontak dari lempeng Indo-Australia dengan Pulau Jawa dan merupakan gempa subduksi. Cirinya terlihat dari arah jurusan gempa yang di atas 300 derajat kedalaman lebih dari 40 kilometer dan mekanismenya sesar naik (thrust).
Berdasarkan analisis para pakar gempa Bumi ITB, dalam tahun 2011 telah beberapa kali terjadi gempa yang mirip, yaitu pada 12 Januari 2011 dan 30 Desember 2011 di lokasi tersebut. Gempa-gempa ini membuktikan bahwa subduksi di Selat Sunda secara tektonik aktif. Dan adanya daerah kekosongan kegempaan (seismic gap) di bagian barat dayanya (Selat Sunda) yang berpotensi menghasilkan bencana kembali di masa depan. “Maka masyarakat diwajibkan untuk terus waspada,” ujar Sutopo Purwo Nugroho Ahad, 15 April 2012.
Petugas Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Serang, Eko Widyantoro, mengatakan titik gempa berada di 7.17 LS-105.13 BT, 95 kilometer barat daya Kabupaten Pandeglang, Banten, tepatnya di selatan Ujung Kulon. “Kami tidak bisa memperkirakan apakah bakal terjadi gempa susulan karena tugas kami hanya mencatat setiap kejadian,” ujar Eko.
Gempa yang dirasakan hingga seluruh warga Banten ini sempat membuat warga panik dan berhamburan keluar rumah. Namun hingga berita ini diturunkan belum ada laporan korban jiwa atau bangunan ambruk akibat gempa tersebut.
Dari keterangan Kumala Dewi, warga Maja Barat, Kabupaten Pandeglang, saat gempa terjadi dirinya sedang tidur. Namun akibat terjadi gempa yang begitu besar dia bersama keluarganya langsung terbangun dan mengevakuasi diri keluar rumah. “Saya terpaksa tidur di luar rumah karena khawatir gempa akan kembali terjadi dan meruntuhkan rumah saya,” ujar Kumala Dewi.
Senada dikatakan Deden, warga Rangkasbitung, Kabupaten Lebak, yang saat terjadi gempa sedang berada di kawasan wisata Binuanguen, tepatnya di Kampung Jati, Desa Muara Binuangeun, Kecamatan Wanasalam, Kabupaten Lebak, mengatakan gempa yang dirasakannya sangat kuat hingga membuat panik warga yang tinggal di sekitar pesisir Pantai Binuangeun. "Gempa terjadi 3 kali. Yang pertama guncangannya kecil dan yang kedua besar dan ketiga kecil lagi. Saat gempa terjadi warga sangat panik dan keluar rumah," katanya.
WASI’UL ULUM