TEMPO.CO, Surakarta - Rencana pemerintah yang akan membatasi pembelian bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi mulai 1 Mei mendatang dipertanyakan oleh para pengelola stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) di Surakarta.
Mereka mempertanyakan teknis pembatasan, yang hingga kini belum ada petunjuk sama sekali. “Kalau hanya dikatakan dibatasi untuk cc kendaraan di atas 1.300 atau 1.500 cc, kami kesulitan melakukannya,” ujar pengawas pompa bensin Ledoksari, Budi, kepada Tempo, Senin, 16 April 2012.
Sebab, begitu banyak mobil yang beredar di pasaran, sehingga hampir tidak mungkin menghafal sebuah mobil berapa kapasitas mesinnya. Apalagi sebuah mobil yang jenisnya sama, terkadang kapasitas mesinnya berbeda. “Ada yang 1.300 dan ada yang 1.500 cc,” kata dia.
Karena itu, dia meminta pemerintah benar-benar menyiapkan aturan yang jelas terkait pembatasan pembelian BBM. Jangan sampai malah terjadi adu mulut antara pengelola SPBU dan masyarakat akibat aturan yang tidak jelas. “Tolong jangan adu kami dengan masyarakat,” harap dia.
Setiap hari, dia bisa menjual 10 sampai 11 ribu liter Premium, sedangkan untuk Pertamax hanya berkisar 150-200 liter per hari.
Sementara itu, pengawas SPBU Lor Beteng, Danang Wijaya, menyatakan pemerintah harus membuat terobosan dalam pelaksanaan pembatasan BBM bersubsidi. Misalnya mobil yang wajib membeli BBM nonsubsidi diberi pelat nomor yang berbeda.
“Misalnya warna biru. Jadi begitu masuk ke pom bensin, langsung kami arahkan ke pompa Pertamax,” katanya.
Tanpa penanda yang jelas, hanya akan merepotkan pengelola SPBU. Sebab tidak mungkin setiap mobil yang datang harus diperiksa surat-surat kendaraannya untuk memastikan boleh membeli Premium. “Masak kami harus mengecek STNK tiap mobil. Itu kan tidak etis,” ucapnya.
Setelah soal penanda beres, yang tidak kalah penting adalah penegakan aturan. Harus ada aturan yang secara tegas mengatur, semisal pemilik mobil yang harusnya membeli Pertamax nekat mengisi Premium.
“Misalnya, ada sanksi bagi pemilik mobil. Itu harus ada. Percuma ada aturan, tapi tanpa sanksi atas pelanggaran,” katanya. Dalam sehari, dia bisa menjual Premium sebanyak 14-16 ribu liter, sedangkan Pertamax hanya 150-200 liter tiap hari.
UKKY PRIMARTANTYO