TEMPO.CO, Jakarta - Polri mengimbau orang tua mengawasi dan melarang anaknya terlibat dengan geng motor. Hal itu disampaikan terkait dengan usaha penanganan sejumlah kasus geng motor yang tidak akan pernah selesai tanpa peran serta sejumlah pihak terkait.
"Tanpa orang tua ikut campur, tidak akan selesai," kata juru bicara Kepolisian RI, Inspektur Jenderal Polisi Saud Usman Nasution, Senin, 16 April 2012.
Saud mengatakan orang tua tidak boleh membiarkan begitu saja anak-anaknya yang terlibat dengan geng motor. Ia menyatakan orang tua harus curiga dan bertanya bila anaknya belum pulang ketika sudah pukul 03.00 atau 04.00. "Terutama kalau mereka pergi dengan motor yang bising dan tidak lengkap," kata Saud.
Ia menyatakan Polri sudah meminta Kapolda Metro Jaya menertibkan daerah-daerah yang diduga kerap menjadi arena trek motor liar. Kepolisian juga akan menindak pidana para pelaku meski hanya memberi hukuman ringan terkait dengan pelanggaran lalu lintas.
Fenomena geng motor dan trek liar, menurut Saud, adalah gambaran anak-anak muda Jakarta yang mencari aktualilasi diri. Di tengah perkembangan teknologi yang pesat, anak-anak muda karena alasan tertentu kehilangan tempat bermain dan mengaktualisasikan diri. "Pemerintah juga harus berpartisipasi dan bertanggung jawab," katanya.
Pemerintah, menurut Saud, harus ikut memikirkan cara mengalihkan pencarian aktualisasi diri para pemuda. Pemerintah wajib menyediakan sarana tertentu dan memelihara anak muda agar perkembangannya lebih terarah.
Sebelumnya ada sejumlah kasus kekerasan dan pembunuhan yang melibatkan geng motor di Jakarta. Berawal pada 31 Maret 2012, saat seorang staf khusus Panglima Armada Maritim Barat, Klasi Arifin, tewas dikeroyok sekelompok anak muda yang diduga anggota geng motor di Jalan Benyamin Sueb, Pademangan, Jakarta Utara. Arifin tewas dengan luka bacokan di tubuhnya.
Dilanjutkan penyerangan pada 7 April 2012, di SPBU Shell, Jalan Danau Sunter Utara, Jakarta Utara, yang juga merekam ciri-ciri, yaitu beberapa orang pria berbadan tegap dan berambut cepak. Dalam peristiwa ini jatuh tiga korban yaitu satu orang tewas dan dua rekannya mengalami luka berat.
Penyerangan kembali terjadi pada 8 April 2012 di Jalan Benyamin Sueb, Kemayoran, Jakarta Pusat. Dalam peristiwa ini empat orang mengalami luka bacok setelah diserang kelompok pengendara motor yang mencoreng pipinya dengan cat warna putih.
Korban juga jatuh dalam penyerangan oleh 200 orang yang mengendarai motor di delapan lokasi di wilayah Jakarta Utara dan Jakarta Pusat pada 13 April lalu. Ratusan pria ini menyebabkan delapan orang terluka dan satu orang tewas bernama Anggi Darmawan.
Seusai kejadian, kepolisian juga mencatat ada dua anggota TNI yang tertembak di Jalan Pramuka, yakni Kelasi Sugeng Riyadi dan Prada Akbar Yudhi. Mereka ditembak orang tak dikenal yang menggunakan mobil Toyota Yaris warna putih. "Walau parsial, dipastikan kasus awal pada 31 Maret adalah ulah geng motor," kata Saud.
FRANSISCO ROSARIANS
Berita terkait
Polisi: Penangkapan Geng Motor Tunggu Waktu
Polisi : Tidak Sulit Tangkap Pelaku Geng Motor
Kasus Geng Motor, Kawan Kelasi Arifin Diperiksa
Kasus Geng Motor, Kaitan Penembakan dengan 'Pita Kuning' Diselidiki
Atasi Geng Motor, Perlukah Ada Satuan Khusus?