TEMPO.CO, Jakarta - Pada hari pertama pelaksanaan ujian nasional tingkat sekolah menengah atas, Posko Pengaduan Ujian Nasional Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menerima 254 pengaduan. "Pengaduan paling banyak mengenai isu kecurangan, yakni 54 pengaduan," kata Kepala Posko Pengaduan Setiono di kantor Kementerian Pendidikan kemarin.
Di posko yang dibuka sejak 13 April lalu itu, dia memerinci, ada 27 pengaduan kebocoran, 20 pengaduan tentang kunci jawaban, 6 pengaduan jual-beli soal, 2 aduan mengenai soal tertukar, dan 1 pengaduan tentang soal yang rusak. Sisa laporan lainnya terkait dengan pertanyaan ataupun informasi mengenai ujian.
Inspektur Jenderal Kementerian Pendidikan Haryono Umar menegaskan, semua pengaduan tersebut, setelah dicek ke lapangan, ternyata hanya isu dan tidak terbukti benar,” ujarnya. "Kami telah menyebar 32 pengawas di seluruh Indonesia untuk mengawasi jalannya ujian," dia menambahkan.
Berdasarkan pemantauan Tempo di sejumlah daerah, masih ditemukan adanya kecurangan dan kebocoran soal. Seperti di Kota Jambi, aparat kepolisian menangkap Azis, 19 tahun. Mahasiswa salah satu universitas swasta ini diduga menjadi calo kunci jawaban di SMA Negeri 6 Kota Jambi.
"Petugas kami menangkap mahasiswa yang dicurigai akan memberikan jawaban kepada siswa," kata Kepala Kepolisian Sektor Kotabaru, Jambi, Ajun Komisaris Dadung. Menurut dia, saat diperiksa, pelaku mengaku akan memberi jawaban kepada temannya.
Di Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur, tim dinas pendidikan yang melakukan inspeksi mendadak memergoki dua siswa saling menyontek. Saat kejadian, dua pengawas ujian di ruang tersebut asyik mengobrol. Situasi itu ditemukan di SMA Berbek, Nganjuk.
"Ini kok ngobrol sendiri," Kepala Seksi SMA Dinas Pendidikan Nganjuk Muhammad Yasin. Menurut dia, modus kerja sama antara guru dan siswa kerap terjadi di beberapa daerah. Hal ini diduga karena pengawas sengaja memberi kelonggaran kepada muridnya.
Pada malam sebelum pelaksanaan ujian nasional, di Bandung beredar kunci jawaban lewat Twitter dan pesan BlackBerry. Jawaban itu diduga kunci soal ujian tahun lalu. Ketua Forum Aksi Guru Indonesia Kota Bandung Iwan Hermawan mengatakan sejumlah siswa mengirim jawaban itu kepada dirinya sesuai dengan permintaan.
Guru di SMAN 9 Bandung itu memastikan jawaban tersebut tak sesuai, yang dapat dilihat dari kode paket. ”Misalnya paket 46, 12, dan 25 yang sekarang ada tambahan kode hurufnya,” ujarnya. Paket jawaban itu diduga kunci tahun lalu. ”Itu sengaja dikirim untuk menyesatkan siswa, makanya jangan percaya.”
RAFIKA AULIA | SYAIPUL BAKHORI | HARI TRI WASONO | ANWAR SISWADI | IVANSYAH