TEMPO.CO, Jakarta - Di tengah kondisi global kurang kondusif, nilai tukar rupiah menguat tipis. Lelang Surat Utang Negara dalam mata uang asing yang mengalami oversubscribe US$ 5 miliar mampu mendongkrak apresiasi rupiah.
Dalam transaksi hari ini rupiah ditutup menguat 14 poin (0,15 persen) ke posisi 9.174 per dolar Amerika Serikat (AS). Melemahnya dolar AS terhadap mata uang utama dunia mampu dimanfaatkan oleh rupiah untuk menguat.
Head of Treasury Research Bank BNI, Nurul Eti Nurbaeti, menjelaskan faktor global yang penuh ketidakpastian sangat membebani pergerakan rupiah kali ini. Investasi asing langsung (FDI) Cina turun 2,8 persen serta kekhawatiran menjelang lelang obligasi Spanyol membuat bursa saham dan mata uang regional melemah.
“Namun adanya lelang oblgasi hari ini serta Bank Indonesia (BI) yang selalu berada di pasar untuk mengamankan mata uangnya mampu menahan pelemahan rupiah,” tuturnya.
Melonjaknya bunga pinjaman Spanyol hingga di atas 6 persen meningkatkan kembali kekhawatiran masalah utang di Eropa. Para pelaku pasar berekspketasi bahwa Spanyol akan segera mengikuti jejak Yunani meminta dana talangan ke Uni Eropa setelah imbal hasil obligasinya berada di atas 6 persen. “Padahal ekonomi Spanyol lebih besar dibandingkan dengan Yunani, sehingga akan sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan Uni Eropa,” ujar dia.
Belum adanya sentimen positif dari faktor domestik dan tidak ada lagi data ekonomi yang akan keluar membuat rupiah belum mampu keluar dari tekanan.
Indeks yang mengukur pergerakan dolar AS terhadap enam mata uang rival utamanya sore ini pukul 17:40 WIB kembali turun 0,077 poin (0,1 persen) ke level 79,655.
Sedangkan mata uang regional sore ini ditutup beragam. Peso Filipina menguat 0,23 persen, won Korea Selatan naik 0,07 persen, dan yuan Cina juga terapresiasi 0,13 persen.
Sedangkan ringgit Malaysia melemah 0,02 persen, dolar Singapura terdepresiasi 0,21 persen, serta baht Thailand juga susut 0,1 persen.
VIVA B. KUSNANDAR