TEMPO.CO, Jakarta -Bank Indonesia akan memperkuat operasi moneter untuk meredam dampak meningkatnya inflasi terkait rencana kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM )bersubsidi. “Ekspektasi meningkat, kita respon dengan operasi moneter,” kata Direktur Eksekutif Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter BI Perry Warjiyo di Jakarta, Selasa 17 April 2012.
Perry mengatakan, operasi moneter ini sudah mulai dilaksanakan pada bulan lalu. Menurutnya, operasi itu masih akan tetap dilakukan selama nilai inflasi masih berada di zona prediksi BI. “Tergantung pemantauan kita terhadap inflasi,” katanya.
Bank sentral telah memprediksi kenaikan inflasi terkait kebijakan BBM. Dia menjelaskan, bila pemerintah nanti mengeluarkan kebijakan pembatasan konsumsi BBM bersubsidi pada mobil pribadi dengan kapasitas mesin tertentu di Jawa-Bali, inflasi akan meningkat 0, 3 persen dari proyeksi awal sebesar 4,4 persen. Angka tersebut akan bertambah bila pemerintah memutuskan untuk menaikkan harga BBM bersubsidi sebesar Rp1.500 per liter. Dalam perkiraan BI sebelumnya, inflasi akan naik sebesar 2,5 persen.
Namun, kata Perry, level tersebut akan menurun mengingat pemerintah berencana memberikan kompensasi sebesar Rp 5 triliun bagi transportasi umum. Dengan kebijakan itu, dampak inflasi hanya akan naik sebesar 2,2 persen. "Karena dengan adanya kompensasi tadi kenaikan tarif angkutannya lebih rendah," jelasnya.
Dia menambahkan, bila tekanan inflasi terlalu kuat, BI juga akan mempertimbangkan kenaikan giro wajib minimum (GWM). Nantinya GWM ini, akan melengkapi operasi moneter. Pasalnya, dengan saling mengombinasikan, angka inflasi diproyeksikan dapat lebih diredam. Penerapan GWM ini, “Tergantung langkah yang akan ditempuh pemerintah dan dampak inflasi,” ujar dia.
NUR ALFIYAH