TEMPO.CO, Makassar - Makassar International Writers Festival (MIWF) kembali digelar. Tahun lalu, ajang ini berlangsung pada bulan Juni dengan menghadirkan penulis-penulis lokal dan juga dari luar Indonesia. Kali ini Rumah Budaya Rumata’ Art Space memberikan kesempatan bagi nama-nama baru yang belum dikenal luas, namun dianggap memiliki potensi di masa depan.
Tim kurator MIWF 2012 yang terdiri dari Aslan Abidin selaku koordinator, Luna Vidya, Shinta Febriany, dan M. Aan Mansyur, telah bekerja sejak Juli tahun lalu untuk menjaring penulis-penulis muda di Indonesia timur melalui sistem referensi dan pelacakan karya di berbagai media.
Kelima nama tersebut adalah Anwar Jimpe Rahman, yang sehari-harinya bekerja sebagai editor dan peneliti, menulis sajak, dan dianggap memiliki kecermatan dalam pemilihan kata. Nama lain adalah Emil Amir, yang bekerja sebagai karyawan toko elektronik, menulis cerpen dengan memberi sudut padang baru terhadap mitos, legenda, maupun sejarah yang selama ini hidup di Sulawesi Selatan.
Selain itu, ada nama Jamil Massa, yang sibuk mengurus komunitas seni Gorontalo, banyak menulis sajak yang merupakan refleksi pembelaannya terhadap ketimpangan sosial. Nurul Nisa, yang bekerja sebagai layouter, menulis sajak naratif dengan ironi-ironi tajam sekitar kehidupan sehari-hari. Sementara Rini Irmayasari, sehari-hari bekerja sebagai dosen di Universitas Papua, menulis cerpen dengan berusaha merekam peristiwa-peristiwa yang dialami masyarakat Papua.
Cerpen dan puisi karya kelima penulis tersebut dianggap memiliki gagasan yang patut diapresiasi lebih luas, dibaca, dan didiskusikan secara lebih memadai bersama sastrawan dan ilmuwan sastra dari berbagai latar belakang budaya dan sudut pandang. “Sehingga dapat menambah pengetahuan dan membantu penulis terpilih untuk menyadari pentingnya identitas estetik mereka dalam bercerpen dan berpuisi,” kata Aslan dalam keterangan persnya, Selasa, 17 April 2012.
KAMILIA