TEMPO.CO, Bandung - Ketua Umum PSSI Djohar Arifin tetap optimistis bahwa sekitar 20 pemain Liga Super Indonesia akhirnya akan bergabung dengan tim nasional senior dan usia di bawah 23 tahun (U-23). Meskipun telah dikabarkan, hingga kini tak satu pun para pemain Liga Super yang sudah dipanggil itu bergabung dalam latihan tim di bawah asuhan pelatih Nil Maizar itu di Yogyakarta.
"Memang ada beberapa yang belum datang, tapi mereka tetap kami harapkan. Tim (PSSI) kami juga terus melobi mencari celah bagaimana supaya mereka (semua pemain yang dipanggil) berkumpul semua," ujar Djohar di Balai Kota Bandung, Rabu 18 April 2012.
"Saya baru terima info ada beberapa pemain juga sedang dalam perjalanan ke Yogyakarta. Diharapkan semua bisa kumpul dalam waktu dekat demi kepentingan nasional," katanya lagi tanpa menyebut nama.
Djohar pun tetap mengimbau klub Liga Super agar mengizinkan pemain mereka untuk memenuhi panggilan tim nasional. Klub, kata dia, mestinya menyadari bahwa panggilan tim nasional wajib ditaati dan diprioritaskan ketimbang kepentingan lain, termasuk jadwal kompetisi antarklub.
"Janganlah dihadang pemain yang sejak mudanya ingin jadi pemain nasional karena kepentingan kelompok. Berilah mereka kesempatan untuk membela bangsa dengan sepak bola," katanya. "Kalau memang ada masalah, marilah kita selesaikan bersama-sama. Jangan korbankan karier dan sejarah pemain."
Seperti diketahui, belasan klub Liga Super Indonesia melarang pemainnya memenuhi panggilan latihan tim nasional PSSI Djohar Arifin di Yogyakarta. Salah satu klub itu adalah Persib Bandung, yang keberatan menyerahkan tiga pemainnya, yakni Zulkifli Sukur, M. Ilham, dan M. Nasuha, dengan alasan ketatnya jadwal kompetisi Liga Super.
"Kehilangan tiga pemain andalan ini kan berat buat Persib," kata Manajer Persib Umuh Muhtar. Apalagi jika dari 18 klub Liga Super nanti ternyata cuma Persib yang mengizinkan pemainnya ke timnas. "Ini kan bisa bahaya. Nanti Persib bisa diacak-acak (di Liga Super) karena klub lain pemainnya lengkap, sedangkan kita tidak lengkap," katanya.
ERICK P HARDI