TEMPO.CO, Bandung - Lebih dari 300 pelajar serta warga Bandung dan sekitarnya berjalan kaki sekitar 3 kilometer sejak pagi, Sabtu 21 April 2012. Mereka menyambangi belasan lokasi bersejarah di Kota Bandung, terkait dengan Festival Hari Persahabatan Negara Asia-Afrika.
Rombongan terbagi per sekolah atau kelompok umum masing-masing sekitar 20 orang. Mulai pukul 6 pagi mereka berkumpul di Monumen Gerakan Non-Blok di Jalan Pajajaran. Setiap kelompok dipandu seorang pencerita sejarah yang dibimbing oleh komunitas Sahabat Museum Konferensi Asia Afrika Bandung. Selain lokasinya berkaitan dengan sejarah kolonial di Bandung, di tempat ini juga dilangsungkan Konferensi Asia Afrika 1955.
Dari monumen, rombongan bergerak ke makam C.P. Wolff Schoemaker, salah seorang arsitek terkemuka Belanda yang karyanya banyak tersebar di Indonesia. Di Bandung, arsitek kelahiran Semarang pada 25 Juli 1882 itu di antaranya merancang Villa Isola, Masjid Cipaganti, Hotel Preanger, Bioskop Majestic, serta Landmaark di Jalan Braga dan Gedung Merdeka. Profesor di Technische Hogeschool Bandoeng (sekarang ITB) itu menjadi pembimbing kuliah Soekarno, presiden pertama Republik Indonesia, ketika menjadi mahasiswa.
Lokasi berikutnya adalah gedung sekolah Wiyata Guna yang dipakai khusus untuk penyandang tuna netra dan low vision, pabrik kina yang dulu bernama Bandoengsche Kinine Fabriek N.V. dan didirikan pada 1896. Sampai hari ini sirine dari pabrik itu masih berbunyi nyaring sebanyak 3 kali per hari sebagai tanda masuk, istirahat, dan pulang karyawan. "Pukul 7.30, 11.30, dan 16.00 WIB bunyinya, kalau akhir pekan libur," kata Ahmad, pekerja di Jalan Pajajaran, Sabtu, 21 April 2012.
Dari situ rombongan berjalan ke Gedung Pakuan, Monumen Tentara Pelajar, dan Patung Laskar Wanita di Jalan Viaduct, Monumen Kereta Api, Gedung Indonesia Menggugat di Jalan Perintis Kemerdekaan. Juga ke Gereja Bethel, Balai Kota Bandung, Markas Polrestabes, Gedung Bank Indonesia, Jalan Braga, hingga berakhir di Gedung Merdeka.
Menurut Ani, salah seorang pelajar SMP, wisata jalan kaki itu melelahkan tapi menyenangkan. "Saya jadi tambah penasaran di Kuburan Pandu," kata Agus, siswa lain.
Selama sepekan, 18-24 April, Museum Konferensi Asia-Afrika menggelar perayaan 57 tahun Konferensi Asia-Afrika di dalam dan di luar Gedung Merdeka. Selain wisata sejarah, acara dimeriahkan oleh festival budaya, kuliner, serta pertunjukan wayang. Semuanya bisa dinikmati gratis.
ANWAR SISWADI