TEMPO.CO, Malang - Imigran gelap yang terdampar di Pantai Wonogoro, Kecamatan Gedagangan, Kabupaten Malang, Jawa Timur, secara bertahap dipindahkan ke Rumah Detensi Imigrasi (Rudenim) Surabaya di Bangil, Pasuruan. "Tahap awal sebanyak 30 imigran," kata juru bicara Kantor Imigrasi Malang, Wilhemus Meligun, Senin, 23 April 2012.
Mereka diangkut sebuah bus didampingi petugas Imigrasi dan pengawalan petugas Kepolisian Malang. Sebelumnya mereka menempati ruang isolasi kantor Imigrasi Kota Malang. Sebagian menempati Hotel Nugraha di Jalan Panji Suroso, Kota Malang, tak jauh dari kantor Imigrasi Malang.
Menurut Wilhemus, sembilan imigran masih berada di kantor Imigrasi Malang. Sebanyak 26 orang ditempatkan di Hotel Nugraha. Empat di antaranya anak-anak. Dua imigran mengalami luka dan sakit serta sedang dirawat dokter setempat.
Di antara yang menginap di Hotel Nugraha adalah imigran asal Afganistan, Khaliqdad Jamdad, beserta istri dan keempat anaknya. Khaliqdad mengaku nyaman dan dalam kondisi sehat. Khaliqdad yang berprofesi sebagai pedagang di Afganistan mengeluarkan uang dua ribu dolar Amerika untuk menyeberang ke Australia. "Afganistan tak aman, anak-anak harus sekolah," katanya.
Sebelumnya, Khalidad tinggal di Cisarua, Bogor, Jawa Barat, selama delapan bulan. Mereka masuk ke Indonesia secara ilegal melalui jalur udara, yakni Afganistan-Pakistan-Thailand-Malaysia-Indonesia. Penyelundupan orang ke Australia, katanya, dikendalikan oleh seseorang di Pakistan. “Ada jaringannya yang melibatkan orang Indonesia, Malaysia, Thailand dan Pakistan," ujarnya.
Khalidad memaparkan bahwa di Pantai Pangandaran, Jawa Barat, sudah menunggu sebuah kapal di tengah laut yang akan mengangkut mereka ke Australia. Untuk menuju ke kapal, para imigran diangkut menggunakan sekoci.
Semula pelayaran dari Pantai Pangandaran tidak mengalami kendala. Namun, setelah dua hari berada di tengah laut, tiba-tiba mesin kapal mati. Akibatnya mereka terkatung-katung hingga akhirnya terdampar di pesisir Wonogoro, Kecamatan Gedangan, Kabupaten Malang, Jumat malam, 20 April 2012.
Sebanyak 68 orang imigran dan seorang nakhoda kapal asal Nusa Tenggara Timur ditahan polisi. Kabarnya kapal itu ditumpangi 83 orang asal Afganistan dan Sudan. Namun, selebihnya berhasil melarikan diri.
Saat ini nahkoda kapal menjalani pemeriksaan di Kepolisian Daerah Jawa Timur untuk mengungkap jaringan penyelundupan orang ke Australia.
EKO WIDIANTO