TEMPO.CO, Jakarta - Tak tersirat keraguan sedikit pun di wajah mereka. Sebanyak 54 penyanyi yang tergabung dalam Batavia Madrigal Singers (BMS) itu, tanpa ragu membuka konser dengan lagu sacra ‘Ave Maris Stella’ karya komposer Norwegia Trond Kverno. Di bawah arahan Avip Priyatna sebagai dirigen, Minggu, 22 April 2012, mereka berhasil menghipnotis ratusan penonton di Usmar Ismail Hall, Kuningan, Jakarta, malam itu. Inilah sihir paduan suara bertajuk ‘Sanguinis Choraliensis! 2012’.
Tak kurang dari 16 lagu komposisi abad modern mereka bawakan. Lagu-lagu yang tentunya tak mudah untuk dipelajari dan menuntut kualitas vokal yang prima. Paduan suara profesional yang terdiri berbagai kalangan mulai dari mahasiswa, dokter, karyawan dan pelatih paduan suara ini mampu menunjukkan kepiawaian mereka dalam musik klasik, khususnya karya-karya paduan suara.
Sebanyak enam lagu musica sacra—karya musik berbasis teks rohani, menjadi sajian pembuka babak pertama konser. Setelah ‘Ave Maris Stella’, penonton disuguhi ‘Benedictio’ gubahan Umar Sisask, ‘O Sacrum Convivium’ karya Vytautas Miskinis, disusul dengan ‘Gloria Patri’ komposisi karya komposer Indonesia Budi Susanto Yohanes. Konser pun berlanjut dengan ‘O Nata Lux’ karya Guy Forbes dan ‘Hallelujah!’ dari Robert Sund yang diiringi dengan snardrum.
Dalam sambutannya, konduktor BMS Avip Priatna berharap agar konser malam itu menjadi momen yang tak terlupakan bagi para penonton. “Kami juga minta dukungan atas keberangkatan kami ke Varna, Bulgaria, bulan Mei nanti,” ucap Avip.
Usai jeda selama 20 menit, babak kedua konser kembali dibuka dengan ‘En Une Seule Fleur’ yang diambil dari Les Chansons Des Roses karya Morten Lauridsen. Dilanjutkan dengan Trois Chansons des Baritonnes yang terdiri atas tiga nomor, ‘La Nuit en Mer,’ ‘La Complainte des Ames,’ ‘Soir D’ete’, kali ini dengan iringan pianis Cecilia Ratna.
Berikutnya BMS membawakan dua karya Georgi Dimitrov yang menjadi nomor wajib kompetisi bernama resmi XXXIV The International May Choir Competition Prof. Georgi Dimitrov di Varna nanti. Berturut-turut ‘Sejala E Malka Moma,’ dan ‘Razmisal’ dibawakan. Dilanjutkan dengan ‘Kalejs Kala Debesis’ karya komposer Latvia Selga Mence.
Tiga nomor terakhir yang dibawakan oleh BMS merupakan karya-karya komposer Kuba. ‘Tu’ karya Fernando Sanchez de Fuentes, ‘Corazon Torreviejense’ gubahan F. Casanova dan ‘Que’ rico e’t’ komposisi Guido Lopez Gavilan menjadi sajian penutup konser. Ketiga lagu tersebut dapat dikatakan sebagai oleh-oleh BMS usai memenangkan 57 Certamen Internacional de Habaneras Y Polifonia, yang diselenggarakan di Torrevieja, Spanyol, Juli 2011. Dalam kompetisi yang melombakan lagu-lagu karya komposer Kuba tersebut, BMS berhasil meraih lima penghargaan, sekaligus menjadi pemenang utama kompetisi. Hal ini cukup mengejutkan karena mereka berhasil mengalahkan peserta-peserta lain yang menjadikan bahasa Spanyol sebagai bahasa ibu mereka.
Tahun ini BMS kembali merintis upaya mereka untuk menembus European Grand Prix for Choral Singing (EGP) yang menjadi ajang supremasi paduan suara dunia. European Grand Prix for Choral Singing merupakan gabungan dari enam kompetisi bergengsi di Eropa. Mereka adalah ‘Guido di Arezzo’, International Polyphonic Competition, Arezzo (Italia), ‘Bela Bartok International Choir Competition’, Debrecen, (Hungaria), ‘Florilege de Tours’, Tours (Prancis), Maribor International Choir Competition, Maribor (Slovenia), ‘Tolosa Choral Contest’, Basque, (Spanyol), dan kompetisi di Varna.
SUBKHAN