TEMPO.CO , Jakarta - Developer Manager Nokia South East Asia, Narenda Wicaksono, mengatakan Nokia menjalin kerja sama dengan tiga operator di Indonesia, Telkomsel, Indosat, dan XL untuk sistem pembayaran di Nokia Store, pasar aplikasi milik Nokia.
“Kami menggunakan sistem potong pulsa,” kata Narenda saat pengumuman pemenang kompetisi Nokia Asha Apps Challenge di Jakarta, Kamis, 26 April 2012.
Model pembayaran dengan cara potong pulsa ini dinilai akan memudahkan pengguna yang akan membeli aplikasi di Nokia Store. “Jadi developer tidak hanya membuat aplikasi, tapi juga menjual," katanya.
Narenda mengatakan Nokia Store adalah pasar aplikasi pertama yang menerapkan sistem pembayaran dengan potong pulsa. Selama ini, menurut dia, pengembang aplikasi di Indonesia tidak tahu harus ke mana menjual produk mereka. Kalaupun ada, pasar aplikasi yang ada tidak memberikan keuntungan bagi developer karena sistem pembayaran yang rumit.
Service Marketing Manager Nokia Indonesia, Maretha Dewi, mengatakan aplikasi berbayar di Nokia Store dijual dengan harga mulai dari Rp 3.000 sampai Rp 20 ribu. Ada yang dijual Rp 5.000, Rp 10 ribu, dan Rp 15 ribu.
Adapun untuk mekanisme pembagian pendapatan, developer memperoleh bagian 70 persen dan Nokia 30 persen.
Maretha mengatakan aplikasi yang banyak digemari adalah aplikasi freemium, yakni yang dijual secara gratis tapi sejumlah fitur di dalamnya dikenai biaya. Misalnya level lanjutan dalam sebuah game yang terkunci, yang untuk membukanya penggunanya mesti membayar.
Hal itu juga diakui Chief Executive Officer Arsanesia, Adam Ardisasmita, yang aplikasi game-nya, Wago Warrior, masuk dalam 10 besar Nokia Asha Apps Challenge. Saat ini game yang bercerita tentang hantu-hantu khas Indonesia itu sudah diunduh ratusan ribu kali. “Dan yang paling laku itu model freemium,” katanya.
Narenda mengungkapkan saat ini terdapat 3.000 aplikasi dari developer Indonesia yang ada di Nokia Store, pasar aplikasi milik Nokia. “Dan itu diunduh 2,5 juta kali setiap minggu,” kata dia.
IQBAL MUHTAROM