TEMPO.CO, Jakarta -Penghentian sementara impor daging dari Amerika dikhawatirkan ikut mendongkrak harga Meat Bone Meal (MBM). MBM atau dikenal sebagai tepung tulang merupakan salah satu bahan baku dalam pembuatan pakan ternak.
Ketua Gabungan Pengusaha Pakan Ternak, Sudirman mengatakan, harga MBM bisa naik karena selama ini Indonesia belum bisa memproduksi sendiri, sehingga harus impor. Ada tiga negara yang menjadi pemasok MBM ke Indonesia yaitu Amerika Serikat, Australia dan Selandia Baru. "Tapi, porsi terbesar impor MBM dari Amerika Serikat," kata Sudirman, Jumat, 27 April 2022.
Menurut dia, akhir-akhir ini ada peningkatan harga MBM di pasar dunia, karena itulah, dia khawatir isu penyakit sapi gila yang melanda Amerika bisa mempengaruhi harga tersebut. Selain itu, kebijakan pemerintah menghentikan impor daging Amerika juga membuat pengusaha harus memperbanyak permintaan impor dari Australia dan Selandia Baru.
Dia menyebutkan, sebelum isu sapi gila merebak sejak 24 April lalu, harga MBM sudah naik dari US$ 550 per metrik ton menjadi US$ 650 per metrik ton. Untuk kebutuhan MBM, diakuinya tiap tahun mengalami kenaikan. Tahun ini saja diperkirakan kebutuhan menjadi 400 ribu ton, dan yang sudah masuk sekitar 165 ribu ton MBM.
"Sebagian impor yang sudah masuari Amerika Serikat," katanya. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, impor MBM pada 2009 sebesar 267 ribu ton, naik menjadi 300 ribu ton pada 2010.
Sudirman menjelaskan, awalnya pengusaha mendapat pasokan MBM hanya dari Australia dan Selandia Baru. Namun, karena masalah hukum dagang membuat kedua negara tersebut memberikan harga sangat tinggi. "Akhirnya, setelah berjuang untuk memasukkan MBM dari Amerika Serikat, Australia tidak lagi jual mahal.
Seperti diketahui, wabah sapi gila kembali mengancam dunia setelah penyakit mematikan itu ditemukan di Amerika Serikat awal pekan ini. Kasus penyakit sapi gila menyerang peternakan sapi perah di California Amerika Serikat.
ROSALINA