TEMPO.CO, Jakarta - Raja Keraton Yogyakarta, Sultan Hamengku Buwono X dan istrinya Kanjeng Ratu Hemas, akan membacakan sajak karya penyair ternama Chairil Anwar. Keduanya berencana ikut memeriahkan acara Malam Chairil Anwar untuk memperingati 63 tahun wafatnya penyair Angkatan 45 itu di Tembi Rumah Budaya, Jalan Parangtritis, Sewon, Bantul Yogyakarta malam ini pukul 19.30. “Ratu Hemas akan membacakan puisi Chairil berjudul: Penerimaan,” ujar Ons Untoro, penyelenggara pembacaan puisi kemarin.
Adapun Sultan akan membaca puisi Chairil berjudul Sia-sia. “Dua puisi itu cocok dengan situasi politik di Yogyakarta saat ini,” ujar Ons. Menurut dia, Sultan sudah menyatakan bersedia ikut membaca puisi pada acara itu, tapi belum memberi konfirmasi ulang. “Ratu Hemas menyatakan siap membaca puisi Chairil Anwar.”
Sekitar 16 judul sajak Chairil akan dibacakan pada malam itu oleh sejumlah pejabat, pengacara, politisi, dan penyair. Sajak Chairil yang paling terkenal berjudul Aku rencananya akan dibacakan hakim agung Artijo Alkostar. Adapun pembaca sajak lainnya adalah Ketua LPSK Haris Semendawai, Ketua Komnas HAM Ifdhal Kasim, Wakil Ketua Komisi Yudisial Imam Anshori Saleh, Budi Santosa dari lembaga Ombudsman RI. Sedang pejabat lokal Yogyakarta antara lain Bupati Bantul Ida Sri Suryawidati, Bupati Gunung Kidul Badingah, Kepala Polres Bantul Dewi Hartati, Kepala Kejaksaan Negeri Bantul Retno Harjanti Iriani, dan Ketua DPRD Bantul Tustiani.
Ons mengatakan, sebagai penyair Chairil Anwar terus dikenang. Puisi-puisinya sampai hari ini terus dibacakan oleh generasi muda. Bahkan dalam lomba baca puisi, seringkali puisi-puisi Chairil Anwar dijadikan sebagai puisi wajib, misalnya puisi yang berjudul ‘Aku’.
Chairil Anwar meninggal dalam usia yang masih muda, 27 tahun. Tepatnya meninggal 28 April 1949. Pada tanggal meninggalnya Chairil Anwar dikenal sebagai hari Chairil Anwar. “Banyak kelompok masyarakat memperingati hari Chairil Anwar dengan rupa-rupa kegiatan sastra,” kata Ons.
Menurut dia, acara ini sekaligus mengajak para pejabat untuk lebih jauh mengenal karya sastra yang diciptakan oleh bangsa sendiri. “Puisi-puisi Chairil Anwar sangat memikat dan mempelopori perubahan penulisan sajak padan jamannya. Karena itu, rasanya akan lebih baik apabila tanggal 28 April sekaligus diperkenalkan sebagai Hari Puisi Indonesia” ujar Ons.
Sedang, Kamal Firdaus, Ketua Panitia ‘Malam Chairil Anwar, mengatakan, pembacaan sajak Chairil Anwar ini diharapkan bisa memberi inspirasi kepada khalayak luas, atau lebih khusus lagi kepada para pejabat tinggi dan politisi. “Perlu diselenggarakan acara untuk memperingati Chairil Anwar, dengan membacakan puisi-puisi karyanya dan dibacakan bukan saja oleh penyair, tetapi juga oleh pejabat tinggi, politisi, aktivis dan kalangan professional lainnya,” ujar pengacara senior ini.
Selain pembacaan puisi, akan ada dancing poetry, yang menafsirkan puisi-puisi Chairil Anwar, yang dilakukan oleh tiga penari kotemporer dari Tembi Dance Company: Kinanthi Sekar Rahina, Mila Rosita dan Made Diah Agustin. Kelompok musik dari Forum Musik Tembi (Fombi) akan mengolah puisi-puisi Chairil Anwar menjadi lagu.
RFX