TEMPO.CO, Yogyakarta - Balai Yasa Yogyakarta bakal dipoles menjadi tempat perakitan lokomotif untuk sarana perkeretaapian terbesar di Asia Tenggara. Target ini akan dicapai pengelola Balai Yasa dengan General Electric, produsen lokomotif terkemuka asal Amerika. Balai Yasa merupakan tempat perawatan sarana perkeretaapian dan bengkel lokomotif.
"Saat ini kami menerima vomule 96 lokomotif dan 7 train set untuk diperbaiki," kata John Roberto, Executive Vice President Balai Yasa, Senin, 30 April 2012.
Rencananya, Balai Yasa akan dijadikan Center of Exelent GE negara-negara Asean, yaitu sebagai pusat perawatan traction motor dan perakitan lokomotif AC-AC (jenis propulsi) di Asia Tenggara.
Menurut John, tujuh trainset itu adalah 4 unit KRDE (kereta rel diesel elektrik dan 3 KRDI (kereta rel diesel Indonesia). Dalam satu bulan, kata dia, pihaknya menerima 10 lokonotif yang rusak untuk diperbaiki. Dalam satu tahun, hitungan kerjanya selama 10 bulan. Pada saat musim libur Lebaran, rata-rata lokomotif sudah tidak ada yang masih berada di Balai Yasa karena semuanya difungsikan.
Ia menambahkan, pada 2013-2014 pihaknya akan melayani 100 lokomotif buatan GE. Hingga April ini, pihaknya telah menyelesaikan sebanyak 39 lokomotif yang membutuhkan "overhole".
Menurut Andy Nahil Gultom, Head of Government Relation General Electric Transportation, banyak yang belum tahu bahwa Balai Yasa merupakan tempat memelihara lokomotif terbesar di Asia Tenggara. Oleh sebab itu, pihaknya juga melihat proses pekerjaan di Balai Yasa dan akan meningkatkan kualitas sesuai standar GE. "Harus ada transfer knowledge, juga softskill, sehingga Balai Yasa sesuai dengan standar GE," kata dia.
Balai Yasa didirikan di atas lahan 12,88 hektar dengan luas bangunan 4,37 hektar. Pendirinya adalah perusahaan swasta Nederland Indische Spoorweg Maatschapij (NIS) pada 1914. Bengkel pertamanya bernama Centraal Werkplaats memiliki tugas pokok melaksanakan overhoul lokomotif, gerbong, dan kereta.
Pada 1942, Centraal Werkplaats diambil alih oleh pemerintah Jepang dan perusahaan perkeretaapian swasta itu berubah menjadi perusahaan kereta api pemerintah. Pada 28 September 1945, perkeretaapian diambil alih oleh pemerintahan Indonesia. Lalu namanya berubah menjadi Balai Karya."Pada 1959 namanya berubah menjadi Balai Yasa," kata John.
Tugas pokok Balai Yasa kemudian berkembang tidak hanya merlaksanakan overhoul lokomotif, tetapi juga fokus pada generator set serta pengembangan servis untuk kereta api rel diesel (KRD).
MUH SYAIFULLAH