TEMPO.CO, Jakarta - Meningkatnya kekhawatiran krisis utang di Eropa setelah rating Spanyol dipangkas oleh lembaga pemeringkat Standard & Poor’s serta kecemasan terhadap aksi demo Hari Buruh Sedunia membebani rupiah.
Nurul Eti Nurbaeti, Head of Treasury Research Bank BNI, mengatakan adanya aksi demo buruh dan ekspektasi inflasi dalam beberapa bulan ke depan akan cenderung meningkat, membuat rupiah melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS). “Meskipun dolar sendiri sedang melemah terhadap mata uang utama dunia,” tuturnya.
Spanyol yang mulai memasuki resesi setelah produk domestik bruto (PDB) tiga triwulan terakhir mengalami kontraksi serta turunnya peringkat utang Negeri Matador membuat para investor meminta imbal hasil (yield) obligasi lebih tinggi. “Ini mempengaruhi pergerakan rupiah,” ujarnya.
Dari faktor domestik, adanya kebijakan pembatasan bahan bakar minyak akan memicu kenaikan harga yang bisa mendorong laju inflasi, dan hal ini bisa menjadi hambatan bagi pergerakan rupiah terhadap dolar Amerika.
Ditundanya Indonesia masuk level investment grade (layak investasi) versi Standar & Poor’s juga menjadi ganjalan bagi apresiasi rupiah. “Batalnya kenaikan harga BBM membuat pemerintah kembali mengalami ketidakpastian politik untuk menentukan kebijakan mengenai masalah BBM,” kata dia.
Namun lelang Surat Utang Negara (SUN) yang berlangsung besok diharapkan dapat meredakan tekanan rupiah. Para investor pasti akan meminta imbal hasil yang lebih tinggi seiring meningkatnya yield obligasi Spanyol dan cenderung meningkatnya inflasi domestik.
Dolar Singapura hari ini berhasil menguat tipis 0,02 prsen, won Korea terapresiasi 0,16 persen, serta baht Thailand juga menguat 0,03 persen.
Sedangkan ringgit Malaysia melemah 0,14 persen dan peso Filipina turun 0,34 persen terhadap dolar Amerika. Liburnya pasar Asia memperingati Hari Buruh Sedunia membuat pergerakan mata uang regional cenderung datar.
Sementara indeks dolar Amerika hingga pukul 18.40 WIB kembali turun 0,058 poin (0,07 persen) ke level 78,79.
VIVA B. KUSNANDAR