TEMPO.CO, Manila - Bank Pembangunan Asia (Asian Development Bank/ADB) berencana menambah nilai pinjaman lunak yang disalurkan untuk negara-negara miskin tahun ini. Selain untuk mendorong pertumbuhan, tambahan alokasi pinjaman murah itu dikucurkan sebagai upaya menanggulangi krisis finansial yang berpotensi terjadi saat ini.
Menurut Presiden ADB Haruhiko Kuroda, tambahan proporsi pinjaman lunak dalam skema Asian Development Fund (ADF) tahun ini mencapai 10 persen. Dengan tambahan itu, total dana ADF yang bakal dikucurkan mencapai US$ 12,4 miliar atau sekitar Rp 113,9 triliun. "Para kreditor menghadapi tantangan yang berat, tapi memiliki sedikit sumber daya untuk mengatasinya," kata dia seperti dikutip dari Reuters, Rabu 2 Mei 2012.
Setiap empat tahun sekali, mekanisme dan besaran penyaluran dana ADF diperbarui. Dalam periode pinjaman 2009-2012, dana pinjaman yang dikucurkan mencapai US$ 11,3 miliar. Kuroda mengatakan, sebagai donor tradisional untuk negara-negara Asia, ADB masih memiliki sumber yang memadai untuk alokasi kredit. Hal ini, kata dia, bisa diwujudkan, meski dalam situasi fiskal yang sulit seperti saat ini. "Kita mampu mengadopsi sumber daya yang lebih besar," ucapnya.
ADF merupakan skema baru untuk membantu negara berkembang di Asia menggantikan Chiang Mai Initiative. Nilai yang disiapkan dalam skema ini mencapai US$ 240 miliar atau dua kali lipat dibanding Chiang Mai Initiative. Dana bantuan ini diharapkan efektif membantu negara-negara berpendapatan rendah agar selamat dari krisis keuangan yang melanda perekonomian dunia, khususnya di Eropa.
Kuroda menambahkan, risiko krisis kini mengancam kawasan Asia. Meski telah mencatatkan kemajuan pesat dalam memerangi kemiskinan, pendapatan per kapita penduduk negara-negara di wilayah ini masih memprihatinkan, yakni kurang dari US$ 1,25 per hari.
FERY FIRMANSYAH