TEMPO.CO, Jakarta - Anak usaha Bank Dunia, International Finance Corporation (IFC), berencana menggarap sektor pembiayaan energi terbarukan di Indonesia mulai tahun ini. "Karena potensi sustainable energy di Indonesia saat melimpah sekali," ujar Nyoman Yogi, Operator Officer Access to Finance-IFC, Rabu, 2 Mei 2012.
Masih minimnya lembaga keuangan yang berani membiayai proyek energi terbarukan ini menjadi satu peluang yang akan digarap IFC karena cadangan sektor ini cukup melimpah. "Perbankan masih beranggapan sektor ini berisiko, padahal potensinya sangat besar," katanya.
Selain itu, upaya ini juga untuk menjaga keberlangsungan energi masa depan. Ia mencontohkan tahun lalu penghematan energi yang dilakukan pemerintah terhadap sektor industri mampu menghemat pasokan energi hingga 58 Tera Watt hour (TWH) listrik per tahun. "Atau sekitar dua kali pasokan kebutuhan listrik di Jabodetabek dalam dua tahun," ujarnya.
Yogi menyatakan, jika penambahan energi terbarukan bisa segera teratasi, banyak keuntungan yang bisa diambil pemerintah, yakni mampu menghemat pasokan listrik hingga mengurangi beban biaya subsidi. "Hingga kita tidak bergantung sepenuhnya pada bahan bakar dari fosil lagi," katanya.
Tahun ini IFC menggandeng Bank Permata telah menganggarkan anggaran hingga US$ 75 juta yang dialokasikan untuk membiayai sektor sustainable energy tersebut. Beberapa sektor sustainable energy yang telah menjadi incaran IFC, yakni geothermal, hydro, biomassa, biogas, serta tenaga surya dan solar.
"Tetapi itu tergantung lokasi dan biayanya," ujarnya. "Namun untuk tahap awal kami garap dalam scope small dan middle dulu."
Dalam prakteknya, IFC bakal menggelontorkan investasi melalui dua cara, yakni melalui proyek infrastruktur seperti pembangunan infrastruktur sektor sustainable energy dan melalui perbankan yang menjadi mitra IFC melalui re-sharing antara perbankan dengan nasabah. "Karena ini, kan, baru jadi nanti risikonya ditanggung bersama," katanya.
Ia menambahkan dalam satu tahun terakhir hingga pembukuan Juli 2011 lalu, IFC telah menggelontorkan investasi di Indonesia hingga US$ 500 juta. Di lain pihak, nilai investasi yang akan dibenamkan di dalam negeri untuk tahun ini belum bisa dipublikasikan. "Nanti sekitar Agustus kita umumkan," ujar Yogi.
JAYADI SUPRIADIN