TEMPO.CO, Jakarta - Meningkatnya kekhawatiran pasar terhadap perekonomian global membuat para pelaku pasar kembali melepas aset dalam mata uang yang berimbal hasil dan berisiko tinggi dan mengalihkannya ke dolar Amerika Serikat (AS). Imbasnya, greenback (sebutan dolar) cenderung menguat terhadap mata uang utama dunia maupun mata uang regional, dan tidak terkecuali dengan rupiah.
Nilai tukar rupiah dipasar uang hari ini ditutup kembali melemah 27 poin (0,31 persen) ke level 9.231 per dolar AS. Rupiah bahkan sempat terpuruk hingga ke 9.245 per dolar AS.
Pengamat pasar uang dari Bank Himpunan Saudara 1908, Rully Nova mengungkapkan, masih adanya kekhawatiran di pasar finansial global membuat dolar AS kembali perkasa terhadap mata uang utama. Data rekruitmen tenaga kerja sektor swasta di Amerika yang turun dibawah perkiraan para analis meningkatkan kembali kecemasan pasar.
“Data ekonomi Eropa dan Amerika yang memburuk, serta manufaktur Cina yang kembali melambat membuat pelaku pasar lebih merasa nyaman memegang dolar AS,” ucapnya.
Dari domestik, inflasi bulan April kemarin sebesar 0,21 persen dianggap cukup tinggi dibandingkan bulan sebelumnya, serta periode yang sama tahun sebelumnya memunculkan ekspektasi inflasi kedepan juga akan cenderung meningkat. Apalagi kebijakan mengenai bahan bakar minyak (BBM) belum jelas membuat tekanan terhadap rupiah masih tinggi.
Kinerja ekspor yang cenderung melambat dan surplus perdagangan semakin menipis sedikit membebani apresiasi rupiah. “Namun, dia melanjukan, Bank Indonesia (BI) yang masih akan konsisten menjaga mata uangnya dipasar bisa menjadi penopang agar rupiah tidak melemah terlalu dalam,” tuturnya.
Suprioritas dolar AS terhadap mata uang utama dunia membuat mata uang regional kembali tertekan. Indeks dolar AS terhadap enam mata uang rival utamanya sore ini pukul 17:15 WIB kembali naik 0,13 poin (0,16 persen) ke level 79,262.
Dolar Singapura melemah 0,27 persen, won Korea Selatan 0,08 persen, peso Philipina 0,11 persen. Bath Tailand terdepresiasi 0,23 persen, ringgit Malaysia 0,17 persen, yuan Cina 0,25 persen, serta rupee India juga susut 0,86 persen.
VIVA B. KUSNANDAR