TEMPO.CO, Jakarta - PT Pertamina (Persero) meraih pendanaan senilai US$ 2,5 miliar arau sekitar Rp 22,9 triliun melalui penerbitan obligasi global (global bonds). "Hasil ini mencerminkan besarnya dukungan dan pengakuan investor internasional kepada Pertamina," kata Direktur Utama Pertamina, Karen Galaila Agustiawan, Kamis 3 Mei 2012.
Sebelumnya pada Mei 2011, Pertamina sukses menawarkan obligasi global senilai US$ 1,5 miliar. Kali ini, perusahaan minyak plat merah itu menerbitkan global bonds dalam dua jenis, bertenor 10 tahun dan 30 tahun.
Obligasi senilai US$1,25 miliar yang akan jatuh tempo pada Mei 2022 memiliki kupon 4,875 persen dan diterbitkan pada harga 99,414 dengan yield 4,950 persen. Sedangkan obligasi yang jatuh tempo pada Mei 2042 memiliki kupon 6,000 persen pada harga 98,631 dan yield 6,100 persen.
Karen menambahkan, obligasi ini mendapat respons positif dari investor dunia. Permintaan investor pada masa penawaran mencapai US$ 9,3 miliar dan mengalami kelebihan permintaan (oversubscribe) hingga lebih dari 3,7 kali.
Berdasarkan sebaran geografis, obligasi bertenor 10 tahun diserap investor dari Asia sebanyak 47 persen, Eropa 24 persen dan investor asal Amerika Serikat 29 persen. Jika dilihat berdasarkan institusi, 62 persen obligasi tersebut diserap oleh manajer investasi, 15 persen oleh perbankan, 8 persen oleh lembaga asuransi dan dana pensiun, 7 persen oleh bank sentral dan lembaga pengelola investasi negara serta 8 persen oleh bank swasta.
Adapun obligasi bertenor 30 tahun diserap oleh investor Asia 32 persen, Eropa 23 persen dan Amerika Serikat 45 persen. Selain itu 75 persen diserap manajer investasi, 7 persen oleh perbankan, 10 persen oleh lembaga asuransi dan dana pensiun, 2 persen oleh bank sentral dan lembaga pengelola investasi negara serta 6 persen oleh bank swasta.
Pertamina merupakan perusahaan energi teritegrasi dari operasi hulu hingga hilir. Pertamina mendapatkan rating Baa3 (outlook stabil) dari Moody’s, BB+ (outlook positif) oleh Standard & Poor’s, dan, BBB- (outlook stabil) oleh Fitch.
FERY FIRMANSYAH