TEMPO.CO, Jakarta- Senyum kecil terbit di bibir Megawati Soekarnoputri. Disambut riuh tepuk tangan para buruh, Ketua Umum PDI Perjuangan itu gembira karena masih dijadikan tempat mengadu oleh para pekerja. Senyum Megawati itu menyambut pernyataan Ketua Serikat Petani Indonesia Hendrik Saragih di panggung dalam perayaan Hari Buruh di DPP PDI Perjuangan, Kamis, 3 Mei 2012.
"Kami mengadukan nasib kami di sini karena kami menganggap Ibu Megawati sebagai presiden," ujarnya. Ia pun memulai pengaduan nasib ribuan petani yang bernaung dalam organisasinya. Hendrik mengaku terkesima dengan pernyataan Megawati dalam pembukaan acara itu. Pidato sekitar setengah jam itu, menurut Hendrik, merupakan pendorong bagi dirinya dan para petani untuk terus berjuang menyuarakan aspirasi petani.
"Saya terkesan dengan apa yang disampaikan Ibu supaya petani, buruh dan nelayan bisa lebih gigih lagi memperjuangkan nasibnya," ujar Hendrik.
Dalam pidatonya, Megawati memang meminta agar petani dan nelayan lebih lantang menyuarakan aspirasinya. Putri Proklamator Sukarno ini menilai, petani dan nelayan selama ini tak bersuara banyak dan kurang militan dalam menyuarakan aspirasi mereka.
"Karena buruh sudah memiliki tempat kerja dan dengan proses berpikir bisa membuat serikat pekerja. Petani, meskipun memiliki perhimpunan seperti HKTI, tetapi militansinya belum seperti kaum buruh yang ada di Indonesia dan dunia," ujar Mega dengan suara sedikit serak karena batuk.
Tersentil ucapan Mega, Hendrik memberanikan diri maju ke atas panggung. Di atas panggung seluas sekitar lima kali enam meter itu, Hendrik mengutarakan kegelisahannya terhadap kondisi pertanian Indonesia saat ini.
Ia mengatakan, petani saat ini sangat menderita dengan kebijakan pemerintah yang mudah melakukan import pangan. Kebijakan ini, tentu saja menyengsarakan petani karena harga pangan jatuh di saat panen. "Padahal petani Indonesia sanggup memenuhi kebutuhan dalam negeri," ujarnya dengan suara lantang.
Tak hanya soal pangan, Hendrik juga mengeluhkan soal komersialisasi sumber daya air yang tercantum dalam Undang-Undang Sumber Daya Air. Ia mengatakan, banyak petani yang kehilangan sumber pengairan bagi sawahnya karena sumber daya airnya diserobot oleh perusahaan-perusahaan air mineral.
Hendrik meminta PDI Perjuangan membantu para petani untuk menyuarakan aspirasi mereka. "Pertama PDI Perjuangan harus mempelopori Undang-Undang Pangan untuk membentengi import pangan yang terjadi. Kedua cabut Undang-Undang Sumber Daya Air dan Undang-Undang Perkebunan," ujarnya.
Tak hanya Hendrik yang menyampaikan keluh kesah kepada Megawati. Ketua Persatuan Perawat Indonesia Akirani juga mengadukan nasib ratusan ribu perawat yang sampai saat ini tak jelas statusnya. Ia mengaku kesal dengan pemerintah yang tak juga mengesahkan Undang-Undang Keperawatan yang telah terdampar sekian tahun.
Menurut dia, Undang-Undang Keperawatan dapat melindungi profesi mereka dalam melayani kesehatan masyarakat. Ia mengatakan, sudah banyak perawat yang mengalami nasib nahas dipenjara karena melakukan praktek pengobatan di masyarakat.
"Padahal, kalau kami menahan pasien lima menit saja, akan banyak korban berjatuhan. Karena itu, kami minta agar ibu menginstruksikan kepada Fraksi PDI Perjuangan untuk tetap berjuang dengan sepenuh tenaga supaya Undang-Undang Keperawatan disahkan. Kami butuh kejelasan apa yang boleh atau tidak boleh kami lakukan," ujarnya.
Serikat pekerja perusahaan milik negara pun tak alpha memohon Megawati membantu mereka. Adalah Sri Nugroho, Ketua Serikat Pekerja PT Kereta Api Indonesia juga ikut memadati panggung itu.
Dalam pernyataannya, Nugroho meminta PDI Perjuangan mengawal pemberangusan serikat pekerja yang terjadi di banyak perusahaan. Ia juga menyuarakan nasib para rekannya di beberapa perusahaan pelat merah yang akan ditutup pemerintah. "BUMN yang sakit seharusnya disehatkan. Bukan dipailitkan sehingga pekerjanya bisa tetap bekerja," ujarnya.
Megawati tak menanggapi keluhan-keluhan mereka ini. Hanya, ia menegaskan posisi PDI Perjuangan dalam pidatonya sebelum para buruh mengadu kepada dia. "Sebagai partai politik PDI Perjuangan tidak bisa hanya berjuang dengan kaum buruh. Karena dalam esensi perjuangan PDI Perjuangan adalah memperjuangkan kesejahteraan rakyat yang di dalamnya ada buruh, petani dan nelayan," ujarnya.
FEBRIYAN