TEMPO.CO, Ambon - Karena luas wilayahnya mayoritas perairan dan memiliki pemandangan alam menakjubkan, Bank Indonesia (BI) meminta masyarakat Maluku untuk mengembangkan usaha perikanan dan pariwisata. "Tantangan geografisnya tinggi, tapi potensial," ujar Deputi Gubernur Sistem Pemberdayaan Uang Bank Indonesia Ronald Waas, Jumat, 4 Mei 2012.
BI mengapresiasi, dengan kondisi geografis yang menantang, Maluku bisa menjaga pertumbuhan ekonominya sedikit di bawah skala nasional. Pada 2011, pertumbuhan ekonominya 6,02 persen. "Selisih tipis dari nasional yang 6,5 persen," ujarnya.
Pertumbuhan ini, selain didukung sektor perikanan dan pariwisata, juga didukung sektor pertanian dan perdagangan. "Sektor yang ini bisa jadi kekuatan Maluku," ucapnya.
Ronald mengungkapkan, di sektor perikanan, Maluku bisa kembangkan usaha laut seperti perikanan tangkap, budidaya keramba, budidaya laut, tambak, dan rumput laut.
Untuk sektor usaha terakhir, BI telah mengucurkan dana sebesar Rp 511 juta di dua desa binaannya, Wael dan Nurue, sebagai perangsang pengembangan usaha. Dana itu dipakai untuk membeli 3.500 meter waring, 350 terpal, dan 85 mesin perahu nelayan (ketinting). "Dana tersebut juga akan dipakai untuk membeli perahu untuk budidaya rumput laut," ujar Ronald.
Rangsangan ini ditujukan agar rumput laut bisa menjadi komoditas utama Maluku di sektor perekonomian. Bukan tak mungkin, ujar Ronald, rumput laut akan menjadi komoditas ekspor seperti kerang dan moluska.
Pemetaan potensi ini disebut Ronald amat penting dalam menumbuhkan ekonomi Maluku. "Sektor pariwisata dan perikanan adalah potensi daerah yang khas dan punya nilai," ujarnya. Khusus sektor perikanan, Maluku bahkan berambisi untuk menjadikan daerahnya sebagai lumbung ikan nasional.
M. ANDI PERDANA