TEMPO.CO , Padang: Sebagai kota yang berada di pinggir pantai, Padang terasa panas saat siang hari tanpa hujan. Paling enak pada saat itu makan es tebak untuk melepas dahaga. Dijamin pasti segar. Es tebak ini adalah es campurnya Padang. Tidak hanya di Padang, es ini juga ada sampai di pasar tradisional pelosok Sumatera Barat.
Kalau ke Padang, gampang sekali ketemu penjual es tebak di dalam warung, bopet, dan rumah makan. Cirinya, ada gerobak khusus dengan toples-toples yang diisi aneka bahan es tebak warna warni.
Toples itu berisi agar-agar merah, agar-agar hijau, cendol hijau, cincau hitam, buah kolang kaling merah dan hijau, tape singkok, nangka, potongan roti tawar, sirop merah, sirop gula merah hingga santan. Akan tetapi, ada juga es tebak yang nggak pakai santan.
Dan peralatan yang sangat penting adalah ketam untuk menyerut es tebak. Ketamnya mirip ketam untuk menyerut kayu. Tetapi ada juga yang menggunakan mesin penyerut es dari besi yang terdapat pada roda pemutar di sisinya. Es batu yang diserut dijepit menggunakan penjepit yang diputar. Lalu es diserut dengan memutar roda pemutar dengan tangan.
Siang itu, 30 April 2012, saya memilih menikmati es tebak di kawasan Pondok, kampung Pecinan di Padang. Di tempat ini, es tebaknya enak dan tempatnya juga bersih. Selain itu, tempat ini enggak ditongkrongi pengamen seperti ketika makan es tebak di Pasar Raya Padang.
Warung es tebak yang saya kunjungi adalah Es Durian Ganti Nan Lamo. Selain menjual es durian yang rasanya yahud, mereka juga menjual es tebak yang rasanya tak kalah oke dan tanpa santan seperti es tebak lainnya. Walau kalah popular dari es duriannya, Incek Sinyo yang membuka warung ini pada tahun 60-an malah lebih dulu menjual es tebak. Jadi, warung es tebak di sini sudah cukup lawas.
Begitu memesan, dalam waktu singkat pesanan saya dibuat. Vera Santoso, si pemilik warung, dengan cekatan memasukkan campuran es tebak, seperti alpukat, potongan nangka, cincau hitam, potongan agar-agar hangkue warna merah jambu dan tebak. Ini yang membedakan es campur dengan es tebak.
Tebak ini terbuat dari tepung beras yang dimasak dan dicetak dalam cetakan cendol sehingga bentuknya mirip cendol, tetapi lebih keras dan berwarna putih. Mirip serutan kelapa muda. Lalu es tebaknya ini diberi es serut yang banyak. Dan akhirnya, gundukan es serut itu disiram air gula tebu, cairan cokelat, sirop merah serta susu kental manis.
Semangkuk es tebak yang penuh warna itu terhidang di meja saya dan terlihat menggiurkan. Rasanya…hmm..semua rasa dahaga saya siang itu langsung lenyap saat suapan pertama es tebak mengalir ke kerongkongan. Harga es tebak di sini Rp 12 ribu per mangkuk.
FEBRIANTI