TEMPO.CO, Jakarta - PT Bestindo Aquatek Sejahtera mengakui mendapatkan proyek pengolahan air limbah domestik di lahan Hambalang dari tender yang digelar oleh PT Dutasari Citralaras. Proyek itu hanya sebagian kecil dari proyek pembangunan gedung olahraga senilai total Rp 1,2 triliun di Bukit Hambalang, Sentul, Bogor, yang tendernya dimenangi oleh konsorsium PT Adhi Karya-PT Wijaya Karya.
"Kami menang tender dari Dutasari sekitar Agustus 2012 dan mengerjakan proyek sampai sekarang," kata Manager Marketing Bestindo, Wahyu Gunarso, kepada Tempo di kantornya di bilangan Tebet, Jakarta Selatan, Senin 7 Mei 2012 kemarin.
Wahyu menjelaskan, awalnya Bestindo mengajukan penawaran kepada PT Adhi Karya selaku pemenang tender proyek Hambalang. Namun perusahaan pelat merah itu mengarahkan Bestindo kepada Dutasari sebagai subkontraktor. Ia juga mengaku mengetahui Dutasari baru setelah mendapat informasi dari Adhi. "Kami pun mencari PT Dutasari melalui Internet," ujarnya.
Proyek pengelolaan limbah itu awalnya ditawarkan dengan harga Rp 1 miliar. "Deal-nya Rp 600 (juta)," ujarnya. Wahyu membantah perusahaan yang dipimpin oleh Novi Warti itu memiliki hubungan khusus dengan petinggi Dutasari. "Baru kali ini kami mendapat proyek dari Dutasari."
Wahyu mengaku belakangan baru mengetahui bahwa pemilik perusahaan Dutasari adalah istri Ketua Umum Partai Demokrat Anas Urbaningrum, Athiyyah Laila, dan Machfud Saroso sebagai direktur utamanya. Wahyu mengaku hanya berhubungan dengan staf bagian pembelian Dutasari. Tapi, menurut dia, di kalangan pekerja proyek, Machfud dikenal sebagai pengusaha hebat karena dekat dengan banyak pejabat negara.
Dutasari juga dikenal membidangi usaha pengadaan alat-alat mekanik kelistrikan serta saluran pipa. Wahyu menyatakan baru mengetahui proyek Hambalang dipersoalkan oleh Komisi Pemberantasan Korupsi dari pemberitaan di media massa. "Sempat (khawatir) ini, apa kami dibayar," katanya sembari tertawa. Namun, Bestindo telah mendapatkan uang muka dari Dutasari sebanyak 20 persen dari nilai proyek dan duit biaya pemasangan.
Athiyyah menyatakan tak lagi berkiprah di Dutasari sejak 2009. "Beliau sudah mundur awal tahun 2009," kata Munadi Herlambang, salah satu komisaris Dutasari, kepada Tempo kemarin. Wakil Sekretaris Bidang Pemuda dan Olahraga Demokrat itu pun mengaku telah meninggalkan Dutasari ketika perusahaan itu menggarap proyek Hambalang. "(Soal proyek Hambalang) Silakan tanya Pak Machfud Suroso," ucapnya. Dalam akta perusahaan disebutkan, pemilik saham Dutasari adalah Munadi, Machfud Suroso, serta Athiyyah yang memiliki 1.100 lembar saham.
Kantor Dutasari, di kompleks ruko Plaza 3 Pondok Indah, Senin 7 Mei 2012 kemarin saat disambangi Tempo tampak sepi. Seorang penjaga kantor mengatakan pejabat Dutasari jarang ke kantor. "Kalau di kantor juga biasanya sebentar," ujar pria yang tak mau disebut namanya. "Paling seminggu sekali sekretarisnya datang."
Wakil Ketua KPK Zulkarnain pernah menyatakan lembaganya menemukan banyak penyimpangan dalam pengerjaan proyek Hambalang. Tapi juru bicara KPK, Johan Budi S.P., menolak menjelaskan detailnya. "Masalah subkontraktor itu sudah masuk materi penyelidikan, jadi tak bisa (dibeberkan)," ujarnya.
TRI S | ANANDA P | ANGGA S | JOBPIE S
Berita Terkait:
Anas Membenarkan Istrinya Komisaris PT Dutasari
'Athiyyah Laila Tidak Harus Ditulis Istri Anas'
Anas Urbaningrum Dampingi Athiyyah, Istrinya, ke KPK
Ditanya Hambalang, Anas Jawab Bukan Calo Tanah
Majelis Taklim Iringi Athiyyah dan Anas ke KPK
Proyek Hambalang, Wika Bantah Hubungan dengan Anas