TEMPO.CO , Beijing - Kantor berita televisi Al Jazeera edisi bahasa Inggris di Cina terpaksa ditutup karena pemerintah Negeri Tirai Bambu menolak memperbarui kartu pers koresponden dan visa, serta tak mengizinkan penggantian koresponden.
Pimpinan televisi bermarkas di Qatar ini sangat kecewa dengan keputusan tersebut. Namun mereka tetap berusaha mengajukan permohonan untuk menempatkan korespondennya di Cina. Permohonan itu berikut permintaan visa bagi korespondennya selama beberapa waktu sesuai prosedur, tetapi belum diizinkan.
Mellisa Chan telah menjadi koresponden Al Jazeera di Cina sejak 2007. Chan membuat sekitar 400 laporan selama lima tahun di Cina. Dia meliput masalah ekonomi, politik domestik, kebijaksanaan luar negeri, lingkungan, keadilan sosial, hak-hak buruh, dan hak asasi manusia.
Salah Negm, Direktur Berita Al Jazeera Inggris, berkata, "Pekerjaan kami pertama adalah meliput berbagai peristiwa di Cina. Editorial kami meliputi seluruh kejadian dari berbagai sisi. Kami secara konstan meliput suara yang tak bersuara dan kadang-kadang menyampaikan kabar dari beberapa tempat di dunia."
"Kami berharap Cina mengapresiasi integritas pemberitaan kami dan jurnalisme kami. Kami menghargai integritas jurnalis ini dalam meliput seluruh peristiwa di negara-negara di dunia," katanya.
"Kami komit dengan liputan kami tentang Cina. Sebagaimana negara lainnya, Cina kami harapkan bisa memberikan kebebasan peliputan seperti negara lain terhadap jurnalis Al Jazeera. Jaringan Media Al Jazeera tetap akan melanjutkan kerja sama dengan otoritas Cina untuk membuka kembali kantor biro kami di Beijing."
Bob Dietz dari Committee to Protect Journalists, yang berbasis di New York, mengatakan kasus di Cina ini merupakan pengusiran pertama kali bagi jurnalis sejak 1998. Hal ini menandai kemerosotan nyata di lingkungan media Cina sekaligus sebagai sebuah pesan bahwa Cina tak menginginkan peliputan internasional.
AL JAZEERA | C HOIRUL