TEMPO.CO, Jakarta - Rektor Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya, Triyogi Wuyono, menyatakan sulit menggunakan hasil Ujian Nasional sebagai syarat masuk perguruan tinggi negeri. "Masih oke jika hanya jadi salah satu penentu," ujarnya saat ditemui di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Rabu malam, 9 Mei 2012.
Namun, menurut Triyogi, jangan sampai 100 persen penerimaan mahasiswa baru di perguruan tinggi negeri didasarkan pada UN. Ia khawatir jika penentuan masuk perguruan tinggi negeri cuma didasarkan nilai UN, maka hanya penduduk Jawa saja yang dapat berkuliah di perguruan tinggi negeri.
Sebab, masih terdapat kesenjangan nilai Ujian Nasional antara siswa di Pulau Jawa dengan siswa dari Indonesia bagian timur. Ia mengatakan nilai UN siswa di Pulau Jawa jauh lebih besar dibandingkan dengan nilai siswa yang berasal dari Indonesia bagian timur.
Untuk itu, kata Triyogi, perlu dibuka peluang masuk perguruan tinggi negeri kepada seluruh siswa di Indonesia demi memajukan negara dan mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Usulnya, selain berdasarkan nilai UN, juga dari rekam jejak alumni yang berkuliah di perguruan tinggi negeri yang bersangkutan, nilai rapor, serta prestasi siswa selama sekolah. Dengan demikian, penilaiannya ditimbang berdasarkan berbagai aspek si calon mahasiswa.
Ia sendiri yakin bahwa kualitas UN dapat dipertanggungjawabkan. Menurut Triyogi, perguruan tinggi negeri telah siap jika diharuskan menggunakan hasil UN sebagai salah satu komponen syarat masuk perguruan tinggi karena kualitas dari UN sudah cukup baik.
Sebelumnya, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhammad Nuh mengatakan tahun depan UN akan digunakan sebagai syarat masuk perguruan tinggi negeri.
Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Djoko Santoso juga pernah mengatakan hal yang sama. Djoko beralasan skema syarat masuk ini dilakukan agar ada kesinambungan antara pendidikan pada sekolah menengah pertama dan perguruan tinggi.
RAFIKA AULIA