TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Ekonom dan Managing Director Riset Ekonomi dan Mata Uang DBS Bank, David William Carbon, menilai dolar AS dan US Treasury jadi safe haven untuk sementara waktu. "Iya, untuk sekarang," ujarnya usai paparan Economic Outlook 2012, Kamis, 10 Mei 2012.
David menjelaskan Amerika Serikat memang bertumbuh tapi tidak mengalami percepatan. "Tidak semakin baik," kata dia. Maret 2011, pertumbuhan ekonomi AS sebesar 0 persen. Tekanan terjadi akibat terpukulnya ekspor kendaraan bermotor, salah satunya akibat tsunami di Jepang.
Ia menjelaskan ukuran besar pada bisnis kendaraan berdampak besar pada ekonomi AS lantaran penjualan kendaraan bermotor berkontribusi 3 persen dari produk domestik bruto. Pertumbuhan ekonomi AS tercatat 2,1 persen pada 2011 dan turun menjadi 1,5 persen pada Maret 2012.
David menilai perpindahan hot money ke AS bersifat sementara. "Jika Eropa memburuk ke AS, jika AS memburuk kembali ke Eropa, hanya masalah waktu AS dan Eropa memburuk," ucapnya.
Ia tak berani menjamin AS bakal terus jadi safe haven, terlebih mengingat AS bakal mengalami masa sulit terkait dengan kebijakan fiskal awal tahun depan. Nilai tukar mata uang rupiah terhadap dolar AS di pasar uang tercatat melemah ke level Rp 9.259 pada 9 Mei 2012.
Posisi ini merupakan yang terendah sejak 9 Juni 2010. Semua mata uang regional juga tercatat tertekan di hari yang sama. Dolar Singapura melemah 0,44 persen, won Korea Selatan 0,47 persen, peso Filipina 0,52 persen, ringgit Malaysia 0,59 persen, baht Tahiland juga melemah 0,32 persen terhadap dolar AS.
MARTHA THERTINA