TEMPO.CO, Jakarta - Gubernur DI Yogyakarta Sri Sultan HB X menuturkan pembubaran diskusi Irshad Manji yang terjadi di LKiS dan disertai kekerasan oleh ormas yang mengatasnamakan Majelis Mujahiddin Indonesia (MMI) pada Rabu, 9 Mei 2012 lalu sebagai tindakan yang sudah tergolong pidana.
Oleh sebab itu, pihaknya mendesak Kapolda DI Yogyakarta Tjuk Basuki untuk segera mengusut tuntas masalah tersebut dan menindak pelaku aksi kekerasan itu. "Saya minta Kapolda konsisten untuk masalah itu agar tidak terulang lagi,” kata Sultan, Jumat 11 Mei 2012. Sultan menilai jika persoalan tersebut tak segera diusut maka akan menjadi akar budaya kekerasan yang terbiarkan di Yogyakarta. "Tidak ada sejarah kekerasan satu masyarakat dengan masyarakat lain untuk memaksakan kehendak di Yogya," kata dia.
Sultan pun mengingatkan masyarakat untuk tidak memaksakan kehendaknya dengan cara-cara yang mengagungkan kekerasan. “Daripada polisi yang melakukan tindakan yang terlalu keras terhadap masyarakat,” kata dia.
Atas kejadian di LKis tersebut, Sultan pun mengaku sudah melakukan kordinasi dengan Kepolisian DI Yogyakarta meskipun tidak bertemu langsung secara resmi. Dirinya sudah berkomunikasi melalui pesan pendek.
Selain itu, Sultan pun juga mempertanyakan pelarangan diskusi buku Irshad Manji, Allah, Liberty and Love di UGM dan penggerebekan diskusi di LKiS pada malam harinya.
"Itu dilarang apakah karena isi bukunya atau orangnya?" kata dia.
Baca Juga:
Jika karena orangnya, kata dia, hal tersebut sungguh tidak beralasan. Juga kalau materi buku, ia menilai tidak ada hal-hal prinsip yang harus begitu ditentang. "Kenapa harus dibubarkan dengan paksa? Saya khawatir kekerasan yang terjadi dikarenakan figur orangnya. Baik karena orang atau materi, penyerangan itu tidak beralasan," kata dia.
Sultan mengaku prihatin dan terus memantau sejumlah kasus kekerasan di DIY sepekan terakhir. Termasuk konflik antara warga dan mahasiswa di Tambakbayan, Caturtunggal, Depok, Sleman yang menyebabkan ada korban luka dan puluhan rumah rusak.
Terkait dengan bentrokan di Tambakbayan yang melibatkan masyarakat lokal dan pendatang, ia berharap agar masyarakat asli jangan merasa merasa dominasi dan merasa benar sendiri. Kepada kedua belah pihak, Sultan meminta bisa menahan diri sehingga tidak sampai meluas, Untuk mahasiswa dari luar daerah, Sultan meminta bisa menyesuaikan diri dengan kultur Yogya dan tidak melakukan tindakan kekerasan.
"Apalagi Yogya kota pendidikan. Masyarakat Yogya sendiri juga berpendidikan dan punya budaya. Jadi jangan pakai kekerasan, tapi dialog," kata dia. HB X telah meminta bupati/wali kota bisa memberikan pembinaan bagi masyarakatnya selaku pemimpin wilayah.
"Tambakbayan itu kan perkelahian biasa. Tapi kalau bisa diselesaikan di kecamatan jangan sampai di kabupaten. Kan, toh masyarakat situ juga," kata dia.
PRIBADI WICAKSONO.