TEMPO.CO, Jakarta - Siapa sebenarnya pilot Sukhoi Superjet 100, Alexander Yablontsev, yang mengalami kecelakaan di Gunung Salak, Bogor? Sang pilot itu rupanya pernah menjadi test-austronot termuda di Rusia. Wawancaranya dengan Russian Avia pada 2008 mengungkapkan pengalamannya terpilih menjadi astronot penguji dalam program pesawat ulang alik "Buran" pada 1989.
Ia terpilih setelah sebelumnya menjadi penerbang pesawat jet militer dan menjadi pilot penguji. Sayangnya, program pesawat ulang alik tersebut dihentikan delapan tahun kemudian pada 1997. Sejak saat itulah ia terjun ke dunia penerbangan sipil.
"Awalnya saya bergabung dengan maskapai Transaero meskipun hanya sebentar," katanya seperti dikutip dalam situs Russian Avia. Krisis keuangan yang menimpa Rusia pada 1998 membuat perusahaan tersebut mengurangi karyawan dan Yablontsev adalah salah satu karyawan yang diberhentikan. "Tetapi di sana saya mendapat banyak pengalaman berlatih menerbangkan Boeing 737 dan memahami bisnis penerbangan sipil," ujar Yablontsev kala itu.
Setelah itu ia bekerja di maskapai Transeuropean untuk menerbangkan pesawat Tu-20. Namun perusahaan tersebut kemudian bangkrut karena pasar penerbangan Rusia yang lesu. "Bayangkan saja, pasar penerbangan pada akhir 90-an itu hanya setengah dari volume penerbangan tahun 2008," tuturnya kepada Russian Avia.
Saat itulah Yablontsev pindah ke lembaga riset penerbangan sipil milik negara (Civil Aviation State Research Institute). Setahun kemudian ia menhadi inspektur penerbangan di Pusat Penerbangan Sipil (Central Civil Aviation Office). "Saya bertugas menginspeksi kru penerbangan di beberapa pesawat, termasuk Aibus A320," katanya.
Ia juga berkewajiban memastikan praktek dan kemampuan penerbang berjalan sesuai standar, serta mengevaluasi kemampuan pilot agar kualitas penerbangan terjaga keamanannya. "Pekerjaan itu memberi saya pengetahuan tentang hal-hal di balik layar transportasi udara," katanya. Maksud dia adalah cara kerja penerbangan komersil, baik untuk pilot maupun regulator.
Pengalaman inilah yang kemudian menjadi bekal Yablonstev saat terlibat dalam proyek pesawat komersil Sukhoi mulai 2004. Pasalnya, Sukhoi yang selama ini membuat pesawat militer harus melakukan banyak penyesuaian dalam membuat pesawat komersil. "Misalnya, sebelumnya tak ada pesawat buatan Rusia yang dilengkapi lampu penanda rem pesawat sedang digunakan. Ini memang terlihat sepele, tetapi sangat menentukan kenyamanan dan rasa aman bagi penumpang," tuturnya.
Pesawat Sukhoi Superjet 100 pertama kali diuji coba pada tahun 2008. Saat itu, Yablonstev pula yang mengendarai pesawat tersebut. “Saya senang sekali bisa menjadi orang pertama yang menerbangkan pesawat yang mengagumkan ini. Pesawat ini sangat hebat. Saya berani mengatakan ini adalah pesawat terbaik yang pernah saya terbangkan sebagai kapten," ujarnya setelah melakukan penerbangan uji coba empat tahun silam.
Nahas, Yablonstev pun menerbangkan pesawat kebanggaannya itu untuk terakhir kali. Pesawat yang sedang melakukan tur Asia tersebut mengalami kecelakaan di Gunung Salak, Bogor, saat melakukan joy flight kedua pada Rabu, 9 Mei. Puing pesawat tersebut ditemukan kemarin, Kamis, 10 Mei 2012 dalam kondisi hancur di ketinggian 5.400 meter di daerah Gunung Salak, Bogor. Diduga, pesawat tersebut hancur setelah menabrak tebing.
RUSSIAN AVIA | ANGGRITA DESYANI
Berita terkait
Tim Sukhoi Rusia Dipimpin Mikhael Pogosyan
Beda Boeing 737-800 dan Sukhoi Superjet 100
Sukhoi Ternyata Menjadi Pesaing Utama Pesawat Cina
Siapa Sebenarnya Pilot dan Kopilot Sukhoi Superjet
Pilot Sukhoi itu Baru Pertama Terbang di Indonesia