TEMPO.CO, London -Ribuan mahasiswi Universitas Cambridge, London, Inggris ternyata menjadi target sebuah perusahaan kesuburan agar mendonorkan telurnya dengan duit 750 poundsterling, atau sekitar Rp. 11, 1 juta.
Leaflet-leaflet bujukan itu disebar di sudut-sudut kampus tersebut. Isinya rayuan emosional untuk membantu beberapa pasangan agar mampu memiliki anak. Diantaranya tertulis: "Kami mencari seorang malaikat dalam kehidupan nyata untuk menjadi pendonor telur kami."
Perkembangan baru itu tampaknya sebagai hasil dari peningkatan jumlah "kompensasi" yang dapat diberikan kepada para pendonor, dan dapat mengkonfirmasi ketakutan maraknya "makelar indung telur" yang mengambil keuntungan semata dalam kehidupan manusia.
Namun banyak kritik muncul yang menilai perusahaan kesuburan itu membidik para mahasiswi Universitas Cambridge dengan mengeksploitasi "bokeknya keuangan" para mahasiswi.
Adapun penargetan terhadap mahasiswi kalangan elit juga menimbulkan keprihatinan soal niat perusahaan itu dalam upaya menciptakan bayi-bayi "super".
Jum'at 11 Mei 2012 lalu, para kritikus memperingatkan bahwa para wanita muda sering tidak menyadari risiko donasi telur, dan para pakar kesuburan mengatakan taktik-taktik perusahaan "tak dapat diterima".
Diantara bahaya itu adalah para calon ataupun yang sudah menjadi pendonor telur harus mengkonsumsi obat-obatan untuk merangsang produksi indung telurnya, dan komplikasinya bisa menyebabkan kematian dalam beberapa kasus meskipun terhitung jarang.
Dalam awal musim panas sekitar dua pekan lalu, para mahasiswa Cambridge mulai menemukan leaflet-leaflet rayuan yang diproduksi perusahaan Altrui di beberapa sudut kampus.
Bahkan dalam sebuah leaflet dijelaskan, beberapa pasangan yang memohon "bantuan" adalah alumnus Cambridge, yang tak bisa memiliki anak karena kelainan genetik yang langka yang menyebabkan keguguran berulang.
Altrui adalah perusahaan pialang telur yang berbasis di Hawes, North Yorkshire. Perusahaan itu didirikan dua tahun yang lalu oleh Alison Bagshawe, 56 tahun, seorang mantan konsultan kesuburan NHS, dan suaminya seorang pengusaha berusia 56 tahun.
DailyMail | Dwi Arjanto