Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Sarapan Sepanjang Hari di Kafe Monolog

image-gnews
Cafe Monolog dan de luca di plaza Senayan. TEMPO/Aditia Noviansyah
Cafe Monolog dan de luca di plaza Senayan. TEMPO/Aditia Noviansyah
Iklan

TEMPO.CO , Jakarta:-Matahari baru saja menyapa warga Jakarta. Gunung Srihartono, 43 tahun, duduk di pojok ruangan memandangi layar laptopnya. Pegawai bank yang berkantor di sekitar Sentra Senayan itu mengaku sedang menyelesaikan sebagian tugas kantornya. Pagi itu, di kafe Monolog, segelas kopi dan sepotong roti ia pesan untuk menemaninya.

Gunung tidak sendiri. Di sekitarnya tampak belasan pegawai yang tengah asyik menikmati sarapan. Sebagian di antara mereka datang bersama rekan-rekan kerjanya. Entah sekadar mengisi perut, melepas lelah sesaat, atau menyiapkan pekerjaan sebelum jam kantor berdentang. Pemandangan itulah yang saban hari terlihat di kafe tersebut.

Gunung tidak bermaksud mengabaikan kewajiban untuk menemani istri dan anaknya sarapan di rumah. Lalu lintas Jakarta yang serba semrawut acap kali memaksanya berangkat lebih awal dari rumah. Katanya, telat sedikit, selisih kedatangan di kantor bisa mencapai satu jam. "Lagi pula lebih ringkas jika sarapan di dekat kantor," ujar warga Pamulang, Banten, itu.

Peluang itulah yang ditangkap Evie Karsoho, direktur kafe tersebut. Kafe yang berdiri sejak pertengahan 2011 itu memang dihadirkan guna melayani kebutuhan sarapan bagi karyawan yang bekerja di sekitar Sentra Senayan. Konsepnya modern coffee shop. "Kami mulai melayani pengunjung sejak pukul 07.00 pagi, menjelang jam kantor dimulai," katanya.

Monolog terletak di lorong lahan parkir Plaza Senayan. Desain interiornya mengadopsi bentuk kafe-kafe di Eropa tahun 90-an. Sejumlah foto menghiasi dinding bangunan yang terekspos dengan pasangan bata. Di bawahnya terdapat dua buah mini bar yang semuanya bisa terlihat dari luar lantaran dinding bagian luar terbuat dari kaca.

Suasana kafe sengaja dibuat seperti itu agar bisa memanjakan pengunjung. Setiap orang yang nongkrong di kafe itu akan ditemani alunan musik jazz yang terdengar ringan. Mereka bisa memilih satu di antara 130 tempat duduk yang terbuat dari paduan sejumlah material, seperti sofa, kursi kayu, dan besi. Namun hanya sebagian kecil ruangan yang diperuntukkan bagi perokok.

Varian menu kafe terbilang cocok bagi mereka yang ingin sekadar menghangatkan perut di pagi hari. Berbagai jenis kopi, teh, atau jus umumnya menjadi pilihan. Para pengunjung juga bisa memesan kudapan ringan, seperti roti croissant. Untuk makanan yang agak berat, kafe itu menyediakan beef brisket, chicken confit, dan roti Salmon.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Menurut Evie, kafe Monolog menyasar segmen pasar kalangan profesional berusia di atas 25 tahun. Beberapa publik figur, seperti Indi Barens, VJ Daniel, dan Rianty Catwright, pernah nongkrong di kafe tersebut. Namun jam sibuk kafe yang ditutup setiap pukul 22.00 WIB itu rupanya lebih banyak dikunjungi pengunjung saat malam hari.

Karena konsep itulah, kafe Monolog mengusung tema All Day Breakfast: menu sarapan yang juga cocok dikonsumsi saat malam hari, entah untuk sekadar mengisi perut atau untuk hangout bersama teman-teman. Sebagian konsumen kafe itu juga berasal dari para konsumen yang baru saja berbelanja di Plaza Senayan.

Pemilik warung itu juga berusaha menangkap peluang pasar yang lain. Persis di muka kafe Monolog, mereka mendirikan sebuah restoran. Konsepnya, restoran bergaya Italia. Menu yang ditawarkan pun merupakan varian makanan tradisional khas negara tersebut, seperti pizza. "Jadi, mereka yang berkunjung dapat merasakan atmosfer yang sama ketika makan di Italia," kata Evie.

Berbeda dengan Monolog, restoran De Luca dibuka sekitar pukul 10.00 WIB. Di hari biasa, restoran tutup pada pukul 22.00 WIB, sedangkan di akhir pekan pukul 01.00-02.00 WIB. Monolog maupun De Luca merupakan satu di antara beberapa pilihan tempat makan bagi masyarakat urban. Cita rasa yang khas dan suasana yang santai akan Anda dapati di tempat tersebut.

RIKY FERDIANTO

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Datang ke Semarang Jangan Lupa Beli 10 Oleh-oleh Khas Ini

6 hari lalu

Lumpia isi tahu udang menjadi salah satu jenis gorengan yang tetap sehat untuk menu buka puasa/Foto: Tupperware
Datang ke Semarang Jangan Lupa Beli 10 Oleh-oleh Khas Ini

Selain terkenal destinasi wisatanya, Semarang memiliki ikon oleh-oleh khas seperti wingko dan lumpia. Apa lagi?


10 Makanan Paling Aneh di Dunia, Ada Keju Busuk hingga Sup Kura-kura

8 hari lalu

Berikut ini deretan makanan paling aneh di dunia, di antaranya keju busuk asal Italia, Casu Marzu, dan fermentasi daging hiu. Foto: Canva
10 Makanan Paling Aneh di Dunia, Ada Keju Busuk hingga Sup Kura-kura

Berikut ini deretan makanan paling aneh di dunia, di antaranya keju busuk asal Italia, Casu Marzu, dan fermentasi daging hiu.


Jadi Nasabah KUR BRI Sejak Tahun 2000, Sate Klathak Pak Pong Ramai Diminati

9 hari lalu

Jadi Nasabah KUR BRI Sejak Tahun 2000, Sate Klathak Pak Pong Ramai Diminati

Di akhir pekan dan di hari libur panjang dapat menyembelih 40-50 ekor kambing sehari dengan omzet sekitar Rp35-50 juta per bulan.


Singgah ke Cirebon saat Libur Lebaran, Jangan Lupa Cicip Tiga Kuliner Lezat dan Bersejarah Ini

9 hari lalu

Empal Gentong. Shutterstock
Singgah ke Cirebon saat Libur Lebaran, Jangan Lupa Cicip Tiga Kuliner Lezat dan Bersejarah Ini

Cirebon memiliki sejumlah kuliner yang bersejarah dan memiliki cita rasa yang lezat.


Resep Gurame Nyat Nyat Kuliner Primadona Khas Bangli

12 hari lalu

Gurame Nyat Nyat. Foto : yummy app
Resep Gurame Nyat Nyat Kuliner Primadona Khas Bangli

Gurame nyat nyat adalah kuliner primadona yang banyak diminati wisatawan domestik dan manca negara saat berkunjung ke Bangli, Bali. Ini resepnya.


5 Destinasi yang Menyajikan Makanan Khas Idul Fitri di India

14 hari lalu

Biryani, Hyderabad. Unsplash.com/Shreyak Singh
5 Destinasi yang Menyajikan Makanan Khas Idul Fitri di India

Kota-kota di India ini bisa menjadi inspirasi destinasi para pecinta kuliner mencicipi hidangan khas Idul Fitri


Tren Wisata Kuliner Jadi Momentum Gerakkan Penggunaan Bahan Pangan Lokal

22 hari lalu

Mi lethek khas Bantul, Yogyakarta. Dok. Visiting Jogja
Tren Wisata Kuliner Jadi Momentum Gerakkan Penggunaan Bahan Pangan Lokal

Banyak bahan baku pangan lokal yang bisa digunakan sebagai subtitusi bahan impor untuk membuat produk kuliner sejenis, seperti mi.


Konten Kuliner Bermunculan saat Ramadan, Ini Komentar MUI

24 hari lalu

Ilustrasi berbagi foto kuliner di media sosial. Digitalcoco.com
Konten Kuliner Bermunculan saat Ramadan, Ini Komentar MUI

Bolehkah mengunggah konten atau foto-foto makananan dan kuliner saat orang tengah berpuasa Ramadan? SImak penjelasan berikut.


Mengulik Keragaman Kuliner Khas Jawa Timur, Banjarmasin, hingga Lombok

27 hari lalu

Bebek Songkem. (dok. Indonesia Kaya)
Mengulik Keragaman Kuliner Khas Jawa Timur, Banjarmasin, hingga Lombok

Ada tiga episode web series dalam format dokumenter membahas tentang filosofi, cara hingga tips memasak kuliner setiap daerah


5 Kreasi Resep Pisang Ijo untuk Berbuka Puasa yang Enak

27 hari lalu

Bahan makanan pisang ijo bisa dikreasikan menjadi beragam jenis hidangan menarik. Berikut 5 kreasi resep pisang ijo yang bisa Anda recook. Foto: Canva
5 Kreasi Resep Pisang Ijo untuk Berbuka Puasa yang Enak

Bahan makanan pisang ijo bisa dikreasikan menjadi beragam jenis hidangan menarik. Berikut 5 kreasi resep pisang ijo yang bisa Anda recook.