TEMPO.CO, Jakarta - Komisi Perhubungan Dewan Perwakilan Rakyat segera melakukan evaluasi menyeluruh terhadap sistem penerbangan di Tanah Air. Salah satunya mengenai ketersediaan sarana dan prasarana pendukung. "Ini perlu karena padatnya lalu lintas udara kita. Lebih dari seribu penerbangan yang melintas setiap hari," ujar Anggota Komisi Perhubungan, Marwan Ja'far, saat dihubungi pada Senin, 14 Mei 2012.
Menurut politikus Partai Kebangkitan Bangsa ini, padatnya lalu lintas udara harus ditangani dengan profesional. Juga harus ditunjang dengan fasilitas yang canggih dan berteknologi tinggi. Pengatur lalu lintas udara pun, kata dia, harus melaksanakan tugas dengan baik dan tidak asal-asalan.
Rencananya, kata Marwan, Komisi Perhubungan segera menggelar rapat kerja dengan institusi terkait seperti Kementerian Perhubungan dan Komisi Nasional Keselamatan Transportasi. Dalam rapat itu akan dibahas beberapa hal substansial yang harus diperbaiki untuk meningkatkan keselamatan transportasi udara. "Akan kami cari bersama jalan keluarnya agar kualitas prasarana penunjang lalu lintas penerbangan membaik."
Mengenai tugas pemanduan yang dilakukan Air Traffic Control (ATC) di Bandara Soekarno-Hatta, Marwan meminta masyarakat tidak berspekulasi. Menurut dia, sejauh ini ATC telah melaksanakan tugasnya dalam memandu pesawat Sukhoi Superjet 100 yang nahas Rabu lalu. Perihal ada kesalahan komunikasi atau tidak baru akan terungkap setelah data dari kotak hitam penerbangan pesawat Rusia itu dibuka. "Kita tidak boleh berspekulasi dan berbaik sangka saja bahwa komunikasi telah dilakukan dengan baik."
Meski begitu dia mengakui padatnya penerbangan harus menjadi catatan serius bagi ATC dalam memandu penerbangan di langit Indonesia. "Kami akan segera lakukan evaluasi menyeluruh."
Saat Sukhoi Superjet 100 mengudara, Rabu, 9 Mei 2012 lalu, petugas ATC di Bandara Udara Soekarno-Hatta ternyata tengah sibuk. Ia mengatur 12 penerbangan lain pada saat yang sama. “Ini jumlah yang cukup tinggi buat seorang petugas,” kata Presiden Indonesia Air Traffic Controllers Association, I Gusti Ketut Susila, kepada Tempo, Jumat, 11 Mei 2012 lalu.
Susila menyatakan lalu lintas udara semakin padat, sementara jumlah petugas terlalu sedikit. Idealnya, seorang petugas melayani lima pesawat pada saat yang sama. Tugas pengatur lalu lintas udara tak hanya memandu pendaratan dan lepas landas.
Menurut Susila, petugas juga mengawal perjalanan pesawat melalui radar hingga masuk wilayah pengatur yang lain. Termasuk menjaga jarak antarpesawat atau memperingatkan jika ada obyek pengganggu penerbangan. Lengah sedikit, bahaya mengincar. Beban petugas meningkat terutama jika semua pilot minta didahulukan mendarat. (Baca: Di Hari Sukhoi Nahas, Petugas ATC Layani 12 Pesawat)
IRA GUSLINA SUFA
Berita terkait
Kasus Sukhoi, Angkasa Pura Siap Bahas ATC
Pemisahan ATC Terganjal Kepentingan Sektoral
Harusnya Pengelolaan ATC Terpisah Sejak 2010
Sukhoi Menabrak Setelah Menembus Kumulonimbus
Keluarga Baru Bisa Terima Jenazah Korban Sukhoi Usai Identifikasi
Sukhoi Superjet Sempat Memutari Gunung Salak
ATC Membantah Terbang di Indonesia Seperti Neraka