TEMPO.CO, Jakarta - Wakil Menteri Perdagangan, Bayu Krisnamurthi, menyatakan pemerintah Indonesia dan Rusia belum berbicara mengenai masa depan kerja sama antar-kedua negara setelah insiden pesawat Sukhoi jatuh. "Mereka masih sibuk. Tapi saya kira mengenai kelanjutan kerja sama harus dilihat dari berbagai sisi," ujar Bayu, Selasa 15 Mei 2012.
Bayu menjelaskan Sukhoi adalah kecelakaan yang tidak direncanakan. Hingga saat ini pemerintah Rusia masih harus memberi perhatian pada jatuhnya Sukhoi yang menewaskan puluhan orang kemarin. "Jadi saya rasa belum waktunya untuk membicarakan soal kerja sama," katanya.
Seperti diketahui, pemerintah tengah menggenjot kerja sama di sektor perdagangan dan investasi dengan pemerintah Rusia. Terlebih karena nilai investasi Rusia di Indonesia masih sangat kecil jika dibandingkan dengan Cina yang mencapai US$ 40 miliar.
"Per tahunnya di bawah US$ 2 miliar. Tahun 2010 saja baru US$ 1,7 miliar," ujar Deputi Bidang Kerja Sama Internasional Kementerian Perekonomian, Rizal Affandi, pada Agustus tahun lalu.
Pada awal tahun 2010 investasi Rusia sudah mencapai US$ 1 miliar atau naik 50 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Kalau trennya terus positif, diharapkan akhir tahun lalu nilai investasi Rusia, kata Rizal, bisa mencapai US$ 2 miliar.
Kedua pemerintah sudah sepakat membuat road map yang bertujuan meningkatkan hubungan di bidang perdagangan dan investasi. Sebagai langkah awal, Rizal menambahkan, pemerintah Indonesia akan meningkatkan volume impor tepung terigu dari Rusia. Impor tepung terigu dari Rusia sudah terjalin sebelumnya, tapi penambahan ini untuk melepas ketergantungan dari satu importir saja. "Agar harga di dalam negeri juga jadi lebih kompetitif."
Selain itu ada kenaikan dari sisi konsumsi tepung terigu. Kenaikan tersebut ditandai dengan makin meningkatnya konsumsi masyarakat terhadap pangan non-beras. Namun, Rizal tidak mengetahui besarnya angka kenaikan tersebut.
Rizal menilai prospek kerja sama antara Indonesia dan Rusia ke depannya cukup cerah. Indonesia akan mencoba mendalami sektor industri pertahanan di Rusia. "Teknologi Rusia cukup tinggi."
ELLIZA HAMZAH | ADITYA BUDIMAN