TEMPO.CO, Jakarta - Hubungan Masyarakat Badan Search and Rescue (SAR) Nasional, Gagah Prakoso, membantah pihaknya menghambat bantuan evakuasi yang dilakukan oleh Badan SAR Rusia. "Ah, siapa bilang? kami malah memfasilitasi," kata Gagah saat dihubungi, Kamis, `17 Mei 2012.
Menurut Gagah, dari awal tim Rusia datang ke Indonesia, pihaknya selalu memandu tim Rusia mengenai apa yang bisa dilakukan mereka dalam proses evakuasi. "Karena proses evakuasi korban tetap di bawah koordinasi Badan SAR Nasional," ujar dia.
Tim SAR Rusia sebelumnya tiba di Indonesia pada Sabtu pekan lalu. Menggunakan dua Pesawat angkut jenis Ilyushin IL-76TD, mereka membawa 84 orang tim dan peralatan khusus penanggulangan bencana. Sabtu malam, mereka langsung menuju ke Posko Pasir Pogor, Cijeruk, Kabupaten Bogor. 68 orang ditempatkan di Posko tersebut.
Di sana terdapat dua Helikopter jenis PK 117 dan BO 105 yang mereka bawa. Selain itu, satu truk dan satu jip juga diangkut dari Rusia. Satu Helikopter berwarna putih bertuliskan RF - 32763 LIETPOCNAC M4C POCCNN EMERCOM OF RUSSIA, kerap mondar-mandir Halim-Pasir Pogor.
Helikopter yang dibawa Rusia tersebut tidak diperbolehkan untuk menuju lokasi evakuasi di Puncak Manik atau Puncak Gunung Salak 1, yang merupakan lokasi jatuhnya pesawat Sukhoi Superjet 100, pada Rabu sore pekan lalu.
Menurut Gagah, kapasitas Helikopter Rusia yang sangat kecil dan Pilot yang belum menguasai medan sangat riskan untuk menuju lokasi. Selain itu, lalu lintas udara Helikopter juga padat untuk proses evakuasi korban. baca : Tragedi Shukoi, Tim Indonesia-Rusia Saling Sikut?
"Kami bukan tidak memperbolehkan, hanya tidak merekomendasikan. Helikopter mereka sama dengan Bolco yang dimiliki Badan SAR Nasional. Yang bisa menuju ke sana hanya Super Puma dan Mi 17. Jangan sampai menambah korban," katanya.
Selain itu, Gagah juga menyatakan Helikopter yang dimiliki oleh Indonesia untuk melakukan evakuasi masih mencukupi. Sedikitnya, ada 4 Helikopter jenis Colibri, empat Helikopter milik Palang Merah Indonesia, dua Helikopter milik Badan SAR Nasional, dan satu Helikopter Super Puma siap melakukan evakuasi. "Lalu lintas udara padat," ujar dia.
Menurut Gagah, pihaknya telah memfasilitasi 15 orang tim Rusia yang ingin melakukan evakuasi melalui jalur darat pada Ahad lalu. Namun, baru satu setengah jam jalan, dua orang tim Rusia minta dievakuasi karena tidak kuat. "Selain itu ada dua wartawan yang dievakuasi. Kami sudah peringatkan medan yang begitu terjal," ujar dia.
Komandan Korem 061 Suryakencana sekaligus Ketua tim SAR Gabungan Pncarian korban Sukhoi, Kolonel Infanteri A.M Putranto, sebelumnya menyatakan jika pihaknya memprioritaskan evakuasi untuk pencarian korban, sedangkan tim SAR Rusia lebih berfokus untuk mencari material pesawat.
"Priotitas utama jalur udara adalah evakuasi korban dan pengiriman logistik. Lalu lintas udara untuk itu saja cukup padat, kita saling kejar dengan cuaca," katanya.
Sementara mengenai dibatasinya tiga hari untuk tim Rusia dalam melakukan pencarian material lewat jalur darat, Putranto menyatakan hal tersebut demi keamanan tim Rusia. "Karena banyak relawan yang berada di sana. Sebenarnya jumlah relawan sudah sangat banyak di lokasi," ujar dia.
Ketua tim SAR Rusia, Cupalenkov, membantah pihaknya dipersulit oleh Indonesia untuk membantu evakuasi korban. Dia juga mengaku tidak mengetahui mengenai adanya batas waktu yang diberikan oleh Indonesia. "Dari hari pertama kami sudah berkoodinasi dengan Indonesia. Semua koordinasi berjalan baik," katanya.
Menurut dia, proses evakuasi kerap terganggu oleh kondisi cuaca di sekitar Gunung Salak. Namun, dia menyatakan tim SAR Rusia siap untuk terus membantu melakukan proses evakuasi korban dan material pesawat. "Fokus utama kami korban, setelah itu material pesawat," ujar dia.
ANGGA SUKMA WIJAYA